Headset AR

Angkatan Darat Amerika Serikat (AS) bersama Microsoft telah menandatangani kontrak untuk membangun perangkat headset Augmented Reality (AR) HoloLens. Rencananya, lebih dari 120.000 headset senilai $ 21,88 miliar atau sekitar Rp 315 Triliun akan diproduksi. Pasca pengumuman kerja sama, saham Microsoft naik 1,7% menjadi $ 235,77 per saham pada akhir sesi perdagangan Rabu (31/2).

Baca juga: Microsoft Mesh, Layanan Rapat Virtual Hologram Ala Film Science Fiction

Melalui kesepakatan tersebut, Microsoft dapat menghasilkan pendapatan dari produk futuristik hasil penelitian bertahun-tahun, selain dari sistem operasi dan perangkat lunak. Dikutip dari CNBC, Microsoft memenangkan kontrak militer yang bernilai $ 22 miliar atau sebesar Rp 317 triliun untuk durasi 10 tahun.

Hal ini akan mengikuti kontrak bernilai $ 480 juta yang akan diterima Microsoft untuk memberikan prototipe Angkatan Darat dari Sistem Augmented Visual Terpadu (IVAS). Kesepakatan baru akan termasuk dalam penyedia produksi terhadap beberapa teknologi tentara berperang.

Hololens Tampilkan Keunggulan Bertempur

Headset AR
Headset AR nantinya akan dipakai setiap tentara angkatan darat AS (VR World Tech)

Edisi standar HoloLens, memungkinkan seseorang untuk melihat tampilan hologram dari lingkungan yang mereka lihat sebenarnya. Tak hanya itu, mereka dapat berinteraksi hanya menggunakan gerakan tangan dan suara. Melalui kemampuan headset AR dapat membantu tentara menargetkan musuh dan mencegah pembunuhan warga sipil.

Sebelumnya sebuah prototipe IVAS, telah diuji coba pada 2019 yang dapat menampilkan peta, kompas dan kamera pencitraan termal untuk dapat melihat orang dalam kegelapan. Headset tersebut memungkinkan tentara untuk bertempur, mengasah keahlian dan berlatih dalam satu sistem.

Menurut Alex Kipman, orang dibalik suksesnya HoloLens, dengan kecanggihan teknologi yang diberikan Microsoft, diharapkan dapat memberikan kesadaran situasional dalam membantu pengambilan keputusan dalam situasi genting.

“Headset IVAS, berdasarkan HoloLens dan ditambah oleh layanan cloud Microsoft Azure, memberikan platform yang akan membuat tentara lebih aman dan membuat mereka lebih efektif,” ungkapnya.

Mendapatkan Beberapa Penolakan Dari Karyawan Microsoft

TikTok Microsoft
Microsoft (Foto: 123rf/ bumbledee )

Kesepakatan itu membuat Microsoft menjadi pemasok teknologi tertinggi bagi militer AS. Pada 2019, Microsoft mendapatkan kontrak untuk menyediakan layanan cloud ke Departemen Pertahanan, mengalahkan Amazon. Saat itu, Amazon telah membuat tawaran kontrak senilai US$ 10 miliar atau sekitar Rp 144 Miliar, di pengadilan federal.

Walau kontrak telah disepakati, masih ada beberapa karyawan Microsoft meminta perusahaan untuk menunda serta membatalkan kontrak HoloLens dalam pengajuan kontrak cloud. “Kami tidak mendaftar untuk pengembangan senjata, dan kami menuntut pendapat tentang bagaimana pekerjaan kami digunakan,” tulis karyawan dalam surat terbuka terkait kontrak HoloLens.

Menjawab hal tersebut, CEO Microsoft, Satya Nadella memberikan pembelaan terkait proyek headset AR di Angkatan Darat. Ia menjelaskan untuk melindungi kebebasan yang dimiliki, perusahaan tidak dapat menahan teknologi  yang telah disepakati dari lembaga yang telah memilih Microsoft sebagai partner kerja sama.



from Gizmologi https://ift.tt/3fAI4us
via IFTTT