Xiaomi HyperCharge

Selain performa, kualitas layar dan teknologi kamera, hal yang juga menjadi konsiderasi bagi konsumen untuk membeli sebuah smartphone adalah fitur baterainya. Karena smartphone dengan daya tahan yang awet atau membawa fast charging bakal berikan kenyamanan tersendiri. Terkait hal tersebut, Xiaomi HyperCharge baru saja didemokan untuk pertama kalinya.

Mungkin selama ini perkembangan kapasitas baterai masih berujung lambat—smartphone masa kini rata-rata punya kapasitas baterai kisaran 4,000 sampai 5,000 mAh. Sebagai alternatif, yang juga coba ditingkatkan oleh para produsen elektronik adalah kecepatan pengisian dayanya. Setidaknya membantu agar baterai lebih cepat penuh, baik lewat kabel maupun secara nirkabel.

Perusahaan elektronik termasuk IoT asal China satu ini memiliki tim riset dan pengembangan yang cukup superior. Sebelumnya, Mi Air Charge juga diperkenalkan dengan kemudahan yang cukup menjanjikan. Kali ini, Xiaomi HyperCharge hadir untuk jauh lebih mempersingkat durasi pengisian daya baterai pada smartphone, hingga kurang dari 10 menit saja.

Baca juga: Palugada, Xiaomi Ekspansi ke Bisnis Kendaraan Listrik Pintar

Xiaomi HyperCharge Juga Tersedia Lewat Cara Nirkabel

Berbeda dengan Mi Air Charge, kali ini Xiaomi tak terlalu menggembar-gemborkan teknologi terbarunya. Xiaomi hanya menginformasikan pengembangan terbarunya ini lewat akun Twitter resminya kemarin (31/5). Dalam video tersebut, secara langsung ditampilkan demo pengisian daya menggunakan Xiaomi HyperCharge. Metodenya sendiri ada dua; menggunakan kabel maupun secara wireless tanpa kabel.

Untuk mendemokannya, Xiaomi gunakan Mi 11 Pro yang telah dikustomisasi sebelumnya—kapasitas baterainya diturunkan dari 5,000 mAh menjadi 4,000 mAh. Hal tersebut sangat wajar, karena bila Gizmo friends perhatikan, umumnya smartphone dengan teknologi fast charging tinggi (65W, misalnya), cenderung punya kapasitas lebih rendah. Batasan ruang (karena harus gunakan dua baterai) jadi salah satu penyebabnya.

Xiaomi HyperCharge

Pengujian pertama dilakukan menggunakan kabel, dengan arus maksimum mencapai 200 watt. Hasilnya? Terisi penuh hanya dalam waktu sekitar 8 menit saja, hampir setengah waktu dari teknologi fast charging tercepat yang ada saat ini. 10% pertama hanya butuh waktu 44 detik, sementara menuju 50% cukup membutuhkan waktu 3 menit saja.

Arusnya sendiri cukup fluktuatif mulai dari 15 hingga 198 watt, tentunya tidak mungkin selalu tinggi agar baterai tidak overheat. Sementara pengujian kedua menggunakan metode nirkabel 120 watt, dan hasilnya tak kalah kencang. Penuh dalam waktu 15 menit, 10% di menit pertama, dan 50% dalam waktu 7 menit.

Ketersediaan Xiaomi HyperCharge Belum Diinfokan

Xiaomi HyperCharge

Yang perlu diketahui, Xiaomi baru sekadar mendemonstrasikan teknologi Xiaomi HyperCharge tanpa menyebutkan secara gamblang akan implementasinya. Bisa dalam waktu dekat, bisa saja hingga tahun depan. Mi Air Charge pun dijanjikan dalam kurun waktu yang tidak lama, namun lagi-lagi tidak disebutkan rentang waktunya. Belum tersedia atau ada tanda-tanda kehadirannya tahun ini.

Meski sangat menggiurkan, hambatan dari inovasi seperti Xiaomi HyperCharge adalah kemungkinan timbulnya degradasi baterai yang lebih cepat, dengan tingginya arus yang umumnya membuat baterai lebih panas ketika sedang diisi daya. Menurut Gizmo friends, lebih baik utamakan kecepatan atau masa pakai baterai?



from Gizmologi https://ift.tt/3fJfAyh
via IFTTT