Setelah melalui proses seleksi ketat, 8 startup teknologi Indonesia yang sangat potensial telah menyelesaikan program Google for Startups Accelerator: Indonesia. Ini merupakan program akselerator startup pertama Google di Indonesia yang didedikasikan khusus untuk satu negara.
Thye Yeow Bok, Head of Startup Ecosystem SEA dan SAF di Google, mengatakan pihaknya terkesan dengan ide-ide kreatif, energi, dan passion dari 8 founder startup tersebut. Terlebih lagi karena mereka telah berhasil mengatasi berbagai tantangan yang muncul akibat pandemi.
“Tujuan dari program ini adalah untuk mempertajam skill para founder dan membantu mereka mengembangkan startup-nya ke tingkat lebih tinggi. Saya pun senang sekali bisa melihat mereka terus mengembangkan berbagai solusi untuk Indonesia, yang kini semakin dilengkapi dengan pengetahuan baru,” kata Thye Yeow Bok, saat konferensi pers daring melalui Google Meet (6/7).
Program Google for Startups Accelerator di Indonesia
Google for Startups Accelerator di Indonesia disebut sebagai evolusi terbaru selama bertahun-tahun untuk membangun jaringan yang kuat bersama para founder dan Startup di Indonesia. Program ini merupakan yang pertama dilakukan Google di Indonesia serta didedikasikan khusus untuk satu negara. Di mana mereka ingin kembali menawarkan program ini kepada startup-startup di Indonesia tahun depan.
Untuk kelas perdana, program Google for Startups Accelerator diselenggarakan selama enam minggu 26 April hingga 10 Juni 2021. Karena berlangsung di masa pandemi, program akselerator diselenggarakan secara virtual dalam Bahasa Inggris bagi startup teknologi Indonesia berpotensi yang berada pada tahap seed hingga series A.
Akselerator ini dirancang untuk menyediakan program, produk, SDM, dan teknologi terbaik Google untuk membantu startup dalam mengatasi berbagai tantangan yang kita hadapi. Ada berbagai sektor yang digarap seperti dari fintech, edtech, retail, logistik, hingga kesehatan.
Selain mentorship dan dukungan untuk project teknis, akselerator ini juga akan menghadirkan pembahasan mendalam. Juga workshop yang berfokus pada desain produk, akuisisi pelanggan, dan pelatihan kepemimpinan bagi founder startup.
Program tersebut mencakup pemberian materi secara mendalam dan workshop yang berfokus pada desain produk, akuisisi pengguna, pengembangan leadership bagi para founder startup, serta mentoring. Selama 169 jam, para founder startup ini digembleng bersama 47 mentor dari Google dan industri, yang beberapa di antaranya adalah alumni program Accelerator. Meski tidak menyediakan dukungan dalam bentuk pendanaan, Google menyebut bahwa program ini juga memfasilitasi koneksi ke 117 venture capital.
8 Lulusan Google for Startups Accelerator Indonesia
Delapan lulusan program ini sekarang akan tergabung dalam jaringan global Google for Startups, dan kami berharap dapat terus bekerja sama dengan mereka serta mengundang mereka untuk membimbing peserta akselerator Google for Startups berikutnya.
Berikut ini adalah profil delapan startup yang berhasil lulus program Google for Startups Accelerator di Indonesia:
1. aido health
aido health adalah platform pelayanan kesehatan yang menghubungkan pengguna dengan ke jaringan klinik, rumah sakit, laboratorium, dan apotek. Perusahaan teknologi kesehatan ini menyediakan platform digital terintegrasi berupa akses ke perawatan kesehatan yang berkualitas tinggi melalui aplikasi seluler.
Jyoti Nagrani, Co-founder and VP Operations & Partnerships, aido health, mengatakan melalui program Google for Startups Accelerator tersebut, ia belajar menjadi pemimpin yang lebih baik. Selain itu, juga bisa memperjelas proposisi nilai, visi, dan model bisnis.
“Lewat program ini, kami mengetahui cara membangun budaya perusahaan serta menumbuhkan dan mempertahankan tim yang kuat, strategi pemasaran B2B dan B2C untuk mengembangkan dan menskalakan penawaran bisnis, hingga mendapat informasi tentang pendanaan,” ujarnya.
2. Aruna
Aruna adalah platform e-commerce perikanan terintegrasi yang diklaim terbesar di Indonesia dengan visi menciptakan perdagangan yang adil bagi nelayan skala kecil.
Startup ini menghubungkan nelayan lokal secara langsung ke pelanggan. Sekaligus berupaya meningkatkan mata pencaharian nelayan melalui perdagangan, kelestarian ekosistem laut, dan akses ke makanan laut yang berkualitas bagi masyarakat luas.
Utari Octavianty, Co-Founder & Chief Corporate Officer, Aruna, mengatakan Google For Startups Accelerator merupakan kesempatan emas baginya untuk belajar dengan efektif sambil bekerja, karena mendapatkan praktik terbaik dari berbagai figur-figur berpengalaman.
“Pembelajaran yang didapat juga memotivasi tim Aruna karena materi yang diberikan sangat praktikal dan dapat diadaptasi dalam kegiatan bisnis kami. Walaupun tahun ini diadakan secara online, tapi tidak mengurangi hype-nya karena para pemateri sangat kreatif dalam menyampaikan ilmu-ilmunya,” ujar Utari.
3. Crowde
CROWDE adalah startup teknologi keuangan yang fokus pada pertanian, memberdayakan petani Indonesia dengan akses ke modal, serta teknologi yang mengintegrasikan ekosistem pertanian. Tujuannya adalah mengoptimalkan biaya, produktivitas, dan meningkatkan mata pencaharian.
Startup ini menciptakan agro-ekosistem terintegrasi yang membantu UMKM di sektor agribisnis untuk mengembangkan bisnis dengan menghubungkan para pelaku usaha melalui data dan jaringan yang luas.
Yohanes Sugihtononugroho, Co-founder & CEO, CROWDE mengungkapkan, di Google for Startups Accelerator: Indonesia, ia mempelajari cara menskalakan rencana bisnis untuk memenuhi apa yang dicari investor. Kemudian mempertahankan aktivitas pemasaran untuk membina keterlibatan petani yang lebih kuat dan membangun program inovatif bagi petani potensial. Selain itu, secara internal juga mengejar pengembangan profesional untuk mencapai potensi manajerial, dan mengembangkan keterampilan manajemen tim.
4. Duitin
Duitin adalah platform digital untuk pengelolaan sampah di Indonesia yang mempromosikan kelestarian lingkungan. Startup lokal ini memberikan insentif untuk daur ulang sehingga memberi dampak yang baik terhadap sosial dan ekonomi. Para kontributor dapat meminta pengambilan sampah dan mendapatkan reward karena sudah mendaur ulang.
5. Pahamify
Berawal dari memiliki channel edukasi Hujan Tanda Tanya, Fikri dan Ikhsan pada 2018 memutuskan untuk mendirikan perusahaan teknologi edukasi Pahamify. Ini adalah platform pembelajaran online untuk siswa sekolah dasar dan menengah di Indonesia yang membantu siswa meningkatkan performa akademiknya.
6. Pintek
Namanya langsung menyiratkan tentang teknologi finansial yang diucapkan oleh orang Sunda, fintech menjadi pintek. Ini adalah platform teknologi keuangan yang menghubungkan pemberi pinjaman dengan konsumen dan institusi pendidikan. Pintek memiliki produk pinjaman unik yang didesain untuk memberikan imbal hasil menarik dengan risiko yang telah disesuaikan.
Tommy Yuwono, Co-founder dan Direktur Utama, Pintek menyampaikan pada program GfS Accelerator: Indonesia, pihaknya belajar pengembangan aplikasi seluler melalui berbagai alat Android. Juga alat berbasis AI/ML untuk mengoptimalkan pemrosesan dokumen (VisionAI & DocumentAI). Tidak hanya itu, dari para mentor berpengalaman, ia juga mendapatkan praktik terbaik dalam manajemen SDM, penjualan, dan strategi pemasaran.
7. PrivyID
PrivyID adalah perusahaan rintisan di bidang RegTech (Regulatory Technology) yang menyediakan layanan identitas digital yang terpercaya serta tanda tangan digital yang berkekuatan hukum. Semenjak didirikan pada tahun 2016, PrivyID telah dipercaya oleh lebih dari 4,5 juta pengguna dan 200 perusahaan terkemuka di Indonesia, termasuk institusi finansial dan sektor teknologi informasi.
Didirikan oleh Marshall Pribadi, PrivyID merupakan penyelenggara sertifikasi elektronik dan tanda tangan elektronik pertama yang diakui oleh Kemenkominfo dan Bank Indonesia. PrivyID juga merupakan rekan kerja sama resmi Ditjen Dukcapil Kemendagri serta terdaftar sebagai salah satu Penyelenggara Inovasi Keuangan Digital di OJK.
Dari program ini, pendiri PrivyID mengetahui teknologi terbaru dan layanan Google untuk memajukan produk, menyadari potensi produk dan praktik terbaik dari mentor untuk mengembangkan produk, dan keterampilan manajemen tim yang baik untuk memastikan kolaborasi dan komunikasi yang baik terjadi di antara tim.
8. TeleCTG Sehati
TeleCTG adalah startup IoT bagian dari Sehati Group yang bergerak di bidang Medis dan Platform untuk kesehatan ibu. Mereka mengembangkan platform kesehatan digital dengan perangkat medis yang terhubung. Tujuannya meningkatkan akses ke perawatan kesehatan berkualitas khususnya untuk ibu yang tinggal di kawasan perdesaan di Indonesia.
Selama mengikuti program Google for Startups Accelerator, tim TeleCTG belajar membangun tim yang baik dan menjadi pemimpin yang dapat mengembangkan perusahaan. Lebih dari itu, mereka juga belajar mengembangkan teknologi secara kredibel, aman, dan tersedia melalui Google Ecosystem, serta mengkomunikasikan dan menerjemahkan nilai-nilai perusahaan menjadi produk yang berdampak.
from Gizmologi https://ift.tt/3wpOjG2
via IFTTT
0 Komentar