Jakarta, Gizmologi – Perkembangan ekonomi digital di Indonesia kian pesat. Bahkan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebut potensi ekonomi digital di Indonesia bisa mencapai US$ 124 miliar pada tahun 2025.

Pernyataan tersebut rupanya mengacu pada laporan Google 2020 e-Conomy SEA, di mana ekonomi internet Indonesia bernilai US$124 miliar (setara Rp1,75 kuadriliun) dalam lima tahun mendatang. Untuk meraih potensi tersebut, dalam rentang waktu lima tahun, pemerintah akan menyiapkan kebijakan yang bisa mengakselerasi ekonomi digital. Adapun potensi ekonomi digital di tahun ini sebesar US$ 44 miliar.

Di sisi lain, ada masalah membentang mata yang masih belum terpecahkan. Misalnya, sekitar 120 juta masyarakat Indonesia yang tinggal di pedesaan harus berjuang lebih demi mendapatkan akses terhadap barang dan jasa. Dibutuhkan berbagai jenis moda transportasi untuk mengelola jalur logistik yang bisa menjangkau lebih dari 17.500 pulau di Indonesia.

Salah satu perusahaan yang memiliki perhatian terhadap masa depan digital di Indonesia adalah Tokopedia.

Digitalisasi 60 Juta Pelaku UMKM

GoTo TOkopedia GojekMenurut Randall Aluwi, Vice President of Corporate Finance and Investments Tokopedia, sebagaimana dilansir dari TechInAsia, digitalisasi Indonesia akan membantu meningkatkan produktivitas dan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan. Di sisi lain, langkah ini juga bakal jadi upaya terpadu untuk mendukung lebih dari 60 juta pelaku UMKM di Indonesia yang mengalami hambatan bisnis akibat kebijakan karantina wilayah karena pandemi COVID-19.

“Digitalisasi membantu menciptakan lapangan kerja baru dan membuka akses kepada seluruh penduduk untuk ikut berpartisipasi dalam ekonomi digital. Demokratisasi perdagangan di Indonesia memberi kesempatan yang sama ke semua pihak, menghapus hambatan, meningkatkan efisiensi serta produktivitas di seluruh aktivitas perekonomian, baik untuk pelanggan ataupun bisnis,” kata Randall.

Senada dengan Randall, Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) juga menyatakan digitalisasi dapat membantu Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) bertahan selama pandemi Covid-19. UMKM perlu mengadopsi digitalisasi untuk menjaga produktivitas dan mempertahankan pendapatan mereka di tengah Covid-19.

Penetrasi penjualan digital bisa menjadi strategi utama mereka karena strategi ini dapat memperluas jangkauan pasar dan mempromosikan produk mereka sambil mematuhi kebijakan pembatasan sosial yang menetapkan batas tertentu untuk kapasitas toko dan pengurangan jam operasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Delloite Access Economics menunjukkan hambatan transformasi digital bagi UMKM di Indonesia. Sebanyak 36% UMKM di Indonesia masih menggunakan metode pemasaran konvensional dan hanya 18% UMKM yang dapat menggunakan media sosial dan website untuk mempromosikan produknya. Sementara itu, sebanyak 37% UMKM hanya mampu mengoperasikan komputer dan internet secara sederhana.

“Digitalisasi memberikan peluang untuk mempertahankan kelangsungan UMKM, misalnya dengan membuka pasar baru. Digitalisasi juga dapat dipercepat kalau pihak-pihak yang berwenang bersinergi, salah satunya, untuk menyediakan dan menjamin konektivitas internet yang berkelanjutan dan terjangkau,” jelas Peneliti CIPS Noor Halimah Anjani.

Menjadi Toko Online Serba Ada di Indonesia

Tokopedia ByMeSejak didirikan pada 2009, Tokopedia telah berada di garda depan dalam mendukung upaya digitalisasi di Indonesia. Strategi Tokopedia bermula dari fokus mengembangkan platformnya sebagai marketplace “toserba” yang membantu mempertemukan para penjual dan pembeli.

Selanjutnya,  perusahaan berkembang menjadi lebih dari sekadar marketplace C2C (customer to customer). Tokopedia menawarkan lebih banyak barang digital dan produk untuk menghapus ketidaksetaraan akses terhadap berbagai layanan untuk meningkatkan kualitas hidup para pengguna.

Misalnya, para pengguna bisa membayar tagihan listrik, pajak, isi ulang pulsa seluler, serta melakukan berbagai pembayaran lainnya. Semua bisa dilakukan hanya melalui aplikasi smartphone. Tak berhenti di situ saja, Tokopedia juga langsung masuk ke sektor ekonomi mikro di tengah masyarakat.

Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah toko kelontong terbanyak. Tokopedia bertekad untuk membawa para toko kelontong dan warung-warung ini ke ranah digital lewat Mitra Tokopedia. Melalui layanan online-to-offline, perusahaan telah memberdayakan jutaan pedagang offline di lebih dari 500 distrik di seluruh nusantara untuk memanfaatkan teknologi guna memperluas akses kepada barang dagangan.

“Biasanya, toko-toko kelontong membeli sampo dari satu distributor, dan sabun dari distributor lainnya, sehingga biaya yang dikeluarkan pun makin mahal. Kami bisa menyederhanakan dan memusatkan proses pemesanan, memangkas biaya, serta membantu mereka jadi lebih kompetitif,” ujar Randall.

Bagi Randall, transisi dari barang fisik ke digital adalah peristiwa alami dari tujuan perusahaan untuk menciptakan “siklus yang baik” bagi pembeli dan penjual. Tokopedia tak hanya memungkinkan para pengguna untuk berbelanja dan menyelesaikan tugas harian mereka, namun juga meningkatkan akses para penjual ke barang dagangan dan basis konsumen yang lebih luas, membantu mereka untuk menjangkau seluruh Indonesia.

Dampak Pandemi

riset tokopedia 01 riset tokopedia 03 riset tokopedia 02.

Di tengah kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) akibat pandemi Covid-19, layanan Tokopedia krusial dalam membantu bisnis offline menghadapi dampak buruk kondisi tersebut. Pandemi secara drastis mengubah kebiasaan konsumen menjadi gembar belanja online, sekaligus mendorong pertumbuhan yang signifikan di para penjual.

Randall mengungkapkan, dari 7+ juta penjual, kini telah meningkat menjadi lebih dari 11+ juta dalam kurun waktu setahun. Sebanyak 70 persen dari penjual ini mengalami peningkatan rata-rata 133 persen dalam volume penjualan. Perkembangan ini meningkatkan kebutuhan akan layanan logistik dan pembayaran yang lebih andal.

Jaringan logistik Tokopedia, misalnya, mencakup 13 mitra pihak ketiga, yang semuanya membantu perusahaan menyediakan layanan pengiriman dan pemenuhan yang efisien ke 99 persen wilayah geografis Indonesia. Terlebih lagi, perusahaan meluncurkan layanan pemenuhan TokoCabang pada tahun 2019, yang menyediakan fasilitas pergudangan kepada penjual.

“Jika kamu seorang penjual yang berlokasi di Kalimantan, tetapi memiliki permintaan yang signifikan di Jakarta, kamu bisa menyimpan barang daganganmu pada salah satu pusat pemenuhan mitra kami di Jakarta,” Randall menjelaskan.

Tokopedia juga telah melakukan investasi besar dalam layanan pembayaran dan fintech untuk memungkinkan pembeli membayar barang dan jasa, meski tak punya rekening bank sekalipun. Upaya ini antara lain mendukung pembayaran menggunakan dompet digital, serta menyiapkan tempat pembayaran tunai di minimarket.

Strategi Tokopedia Tumbuhkan masa depan digital Indonesia

Tokopedia 1 1Meski Indonesia memiliki berjuta potensi, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, terutama dalam mendorong literasi keuangan. “Ini masih dalam babak paling awal di Indonesia. Itulah mengapa kami melakukan kurasi produk di platform kami, dengan mempertimbangkan para pengguna baru,” kata Randall.

Randall menjelaskan bahwa strategi Tokopedia menawarkan produk investasi dengan risiko rendah seperti reksa dana pasar uang, yang memungkinkan pelanggan bereksperimen dalam berinvestasi secara aman dan melihat sendiri hasilnya.

“Hanya sekitar 20 persen dari penduduk Indonesia punya rekening bank,” kata Randall. “Berdasarkan hal itu, kami berpikir bagaimana membangun tingkat pendidikan keuangan yang tepat untuk memanfaatkan produk-produk ini serta bertanggung jawab terhadap keuangan masing-masing?”

Seiring dengan peningkatan penetrasi layanan keuangan, Tokopedia akan terus memastikan bahwa para pengguna mendapatkan tingkat edukasi pasar yang tepat agar tak keliru dalam mengelola keuangan masing-masing. “Kami akan terus membangun, berinvestasi, dan berkembang untuk semua masyarakat Indonesia, baik yang berada di kota tier 1 atau kota tier 3,” Randall menegaskan.

Dengan tingkat penetrasi smartphone dan internet yang tinggi, Indonesia sedang dalam proses untuk mencapai potensi yang sebenarnya. Bagi Tokopedia, Cina adalah contoh yang bagus untuk diikuti.

“Menurut saya, jenis dinamika seperti itu adalah masa depan–di mana kamu bisa [melakukan apa saja] melalui teleponmu. Hal ini juga mendorong efisiensi yang signifikan di seluruh sektor bisnis karena para pengusaha menyadari bahwa mereka menciptakan peluang dan solusi yang menyederhanakan proses untuk semua orang di semua lini, ” tutupnya.

Kini, Tokopedia telah menjelma dari perusahan rintisan (startup) menjadi unicorn, bahkan mendekati decacorn dengan valuasi lebih dari USD7 miliar. Terlebih setelah Tokopedia merger Gojek pada pertengah Mei lalu dengan membentuk Grup GoTo dan rencana untuk masuk ke bursa saham. Total Gross Transaction Value (GTV) secara Grup lebih dari US $22 miliar pada tahun 2020 dengan kontribusi sebesar 2% kepada total PDB Indonesia

Pembentukan Grup GoTo ini merupakan kolaborasi usaha terbesar di Indonesia, sekaligus kolaborasi terbesar antara dua perusahaan internet dan layanan media di Asia hingga saat ini. Mereka menyatukan kekuatan dua perusahaan teknologi terdepan di Indonesia yang menciptakan ekosistem unik dan saling melengkapi secara global.

Memiliki bekal GoJek dan Tokopedia, grup ini mengkombinasikan layanan e-commerce, pengiriman barang dan makanan, transportasi serta keuangan. Holding baru ini disebut akan menciptakan platform konsumen digital terbesar di Indonesia, melayani sebagian besar kebutuhan konsumsi rumah tangga.


Disclaimer: artikel ini merupakan kerja sama dengan Tokopedia



from Gizmologi https://ift.tt/3ly5zqR
via IFTTT