Yogyakarta, Gizmologi – Masih berlangsungnya pandemi Covid-19 di Indonesia mendorong para mahasiswa mengembangkan alat deteksi kerumunan. Karena kerumunan massa bisa berpotensi menjadi salah satu sumber penyebaran Covid-19. Salah satu anjuran pemerintah dalam 5M adalah menjauhi kerumunan, meski tak sedikit yang menghiraukan imbauan tersebut.

Sejumlah mahasiswa lintas fakultas dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta belum lama ini mengembangkan Syncrom, alat deteksi kerumunan ketika penggunanya berada di tempat umum. Pemanfaatan sistem informasi ini berguna untuk mencegah penularan COVID-19 atau area publik yang ramai dikunjungi masyarakat.

Sistem informasi yang diberi nama “Syncrom” atau kepanjangan dari “System of Detection and Crowd Mapping” ini dibuat berbasis Deep Learning dan WebGIS. Alat deteksi kerumunan ini bisa menyajikan informasi jumlah massa dan visualisasi kondisi di lapangan, baik waktu maupun tempat terjadinya kerumunan secara “near realtime” (mendekati realtime).

“Sistem yang kami kembangkan ini dapat mendeteksi adanya kerumunan sekaligus menampilkan informasi kapan dan di mana kerumunan terjadi,” kata ketua tim peneliti Zulfa Andriansyah melalui keterangan tertulis UGM, pada Kamis (5/8).

Menurut Zulfa, dengan Syncrom ini, sistem pemantauan bisa dilakukan secara terus-menerus selama 24 jam, dengan data yang terus diperbarui setiap 30 detik. Alat deteksi kerumunan, kata Zulfa, juga dilengkapi dengan fitur peringatan dini adanya kerumunan di lokasi terdeteksi dan akan disampaikan melalui pengeras suara secara otomatis.

Syncrom, Alat Deteksi Kerumunan Besutan UGM Melalui CCTV

CCTV alat deteksi kerumunan Syncrom (photo: Stocksnap/Pixabay)
CCTV (photo: Stocksnap/Pixabay)

Dijelaskannya, Syncrom mampu mendeteksi kerumunan melalui input data visual yang diperoleh melalui CCTV lewat web cam yang terhubung dengan komputer lokal yang sebelumnya telah diprogram dengan deep learning untuk mendeteksi keberadaan manusia dan memprediksi kerumunan di suatu lokasi diteruskan ke sistem untuk dianalisis.

Setelah itu, hasil data dikirimkan ke WebGIS dalam bentuk informasi terkait lokasi, waktu, dan jumlah kejadian kerumunan yang berada di satu lokasi terpantau CCTV. “Jika data yang muncul menunjukkan adanya kerumunan, voice alert akan berbunyi untuk memberikan peringatan,” ujar Zulfa.

Nantinya, mereka juga akan menambahkan fitur berupa text alert untuk mempermudah petugas dalam pemantauan. Misalnya, ketika petugas sedang tidak berada di ruang kontrol tetap dapat menerima informasi melalui SMS atau telegram apabila terjadi kerumunan.

“Saat ini belum ada produk yang mengintegrasikan deteksi kerumunan dengan pemetaan yang juga disertai dengan adanya peringatan dini. Biasanya deteksi kerumunan dengan memakai sensor proximity menggunakan perangkat pengguna seperti smartphone,” kata dia.

Baca Juga: Aplikasi PeduliLindungi Dibekali QR Code untuk Akses Fasilitas Umum, Termasuk Bandara

Syncrom Meminimalisir Pelanggaran Prokes

IMG 20210805 180929

Syncrom dikembangkan oleh Zulfa bersama dengan keempat rekannya, yaitu M. Ihsanur Adib (Kartografi dan Penginderaan Jauh), Wahyu Afrizal Bahrul Alam (Teknologi Informasi), Malik Al-Aminullah Samansya (Teknik Nuklir), dan Najmuddin Muntashir ‘Abdussalam (Teknik Industri) di bawah bimbingan dosen Dr. Taufik Hery Purwanto.

Purwarupa deteksi kerumunan ini terlahir lewat Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta (PKM-KC) tahun 2021 yang memperoleh dana hibah pengembangan sebesar Rp9 juta dari Kemdikbudristek. Tujuan pengembangan alat ini untuk meminimalisir banyaknya pelanggaran protokol kesehatan yang terjadi di masyarakat, khususnya terkait menjaga jarak dan menghindari kerumunan.

“Saat ini masih saja terjadi banyak pelanggaran prokes, termasuk soal jaga jarak dan menghindari kerumunan, karena pemantauan aparat kurang maksimal. Oleh sebab itu, kami berinisiatif mengembangkan alat deteksi ini guna memudahkan petugas dalam pemantauan dan segera melakukan penindakan,” kata Peneliti lainnya, Najmuddin.

Ia mengungkapkan dalam pengembangan prototipe alat deteksi kerumunan ini, timnya masih menggunakan web cam, belum memakai CCTV, karena adanya keterbatasan dana. Namun begitu, hasilnya dapat memantau kerumunan secara optimal dan akurat.

Sistem yang dikembangkan sejak Juni 2021 ini telah diujicobakan di lapangan. Hasilnya, memiliki akurasi lebih dari 75 persen dalam mendeteksi kerumunan di suatu ruangan.

“Walau dengan web cam, bisa dihasilkan akurasi yang cukup bagus untuk mendeteksi kerumunan dengan resolusi gambar menengah dan rendah. Namun demikian, ke depan akan dikembangkan menggunakan CCTV beresolusi tinggi agar hasil bisa lebih akurat,” ujar dia.

Alat Deteksi Kerumunan Besutan ITS

Alat Deteksi Kerumunan ITSAlat deteksi kerumunan terus dikembangkan oleh mahasiswa maupun peneliti di Indonesia karena pandemi yang masih belum usai. Sebelum mahasiswa UGM, dua bulan yang lalu Tim INO-G dari mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, menggagas kamera cerdas berbasis Internet of Things (Iot).

Tim ini terdiri dari Singgih Ardiansyah (Departemen Teknik Komputer), Raul Ilma Rajasa (Departemen Teknik Informatika), Arum Puspa Arianto (Teknik Elektro Otomasi), dan Ilham Wahyu Eko Prasetyo (Teknik Elektro) ini sukses membuat model kamera yang dihubungkan dengan speaker.

Kamera ini mampu membantu berjalannya penerapan physical distancing sekaligus protokol kesehatan (prokes) berupa penggunaan masker. Dinamai Include (Intelligent Camera System for Physical Distancing), gagasan tim INO-G ITS ini bisa mendeteksi jarak antarorang sekaligus penggunaan masker.

Singgih Ardiansyah menjelaskan bahwa kamera Include diintegrasikan dengan pengeras suara dalam suatu boks yang disebut boks Include. Boks Include ini dihubungkan dalam sebuah server sehingga bisa memproses data untuk mengetahui adanya indikasi pelanggaran. “Kami memanfaatkan library dari phyton untuk menganalisis adanya pelanggaran,” tuturnya.

Cara Kerja Include 

cara kerja include box ITS alat deteksi kerumunanCara kerjanya, ketika kamera Include mendeteksi manusia, maka akan diproses oleh server. Selanjutnya server mengembalikan data berupa ada tidaknya pelanggaran prokes yang terjadi. Di saat kamera mendeteksi terdapat dua atau lebih orang berdekatan dalam jarak kurang dari satu meter, maka pengeras suara akan bekerja. Hal yang sama juga bekerja bagi pelanggaran penggunaan masker. Pengeras suara dari boks akan mengingatkan pelanggar untuk mematuhi prokes.

Adapun tim INO-G menciptakan aplikasi tambahan yang terhubung dengan boks Include bernama Include app untuk membantu kinerja boks Include. Include app ini hanya bisa dijangkau oleh petugas yang berada di lapangan. Nantinya, ketika pelanggaran prokes berlangsung selama lebih dari satu menit, sistem akan mengabari petugas melalui notifikasi pada Include app agar penindaklanjutan pelanggaran bisa dilakukan. Petugas akan secara langsung mengingatkan pelanggar.

Adanya koordinasi antara boks Include dengan petugas yang memantau aplikasi meyakinkan pemuda kelahiran Purbalingga ini akan keefektifannya. Dirinya percaya bahwa 99 persen orang akan mematuhi prokes setelah diberi peringatan, baik melalui pengeras suara dari boks Include maupun petugas secara langsung. Ini juga memudahkan pekerjaan petugas atau pengawas, serta lebih efisien dan efektif.

Guna menguji keefektifan itu, Singgih bersama timnya telah melakukan uji lapangan di salah satu minimarket di Purbalingga. Ternyata itu berhasil. “Kami yakin jika implementasinya benar, terutama di daerah-daerah antrean di minimarket yang rawan pelanggaran, itu akan sangat membantu,” pungkasnya.



from Gizmologi https://ift.tt/3fxhWzJ
via IFTTT