Jakarta, Gizmologi – Para ilmuwan di China berencana membangun fasilitas solar panel untuk memanen pancaran energi dari matahari dari luar angkasa. Rencananya fasilitas ini akan selesai dibangun pada akhir tahun 2021.

Ini akan menjadi proyek infrastruktur orbit terbesar yang dibangun oleh pemerintah China. Nantinya semua energi matahari akan dikumpulkan secara nirkabel dari luar angkasa dan disalurkan menuju pembangkit listrik di Bumi.

Jika selesai, pemerintah China berencana menghasilkan 1 gigawatt energi dari luar angkasa pada 2050. Dikutip dari Science Daily, proyek ini sejatinya pernah dihentikan pada 2010 karena tekanan politik dan campur tangan dari sisi keuangan.

Namun pada Juni lalu, proyek ini diputuskan untuk kembali dilanjutkan. Fasilitas ini dibangun di desa Heping, distrik Bishan, tiga tahun lalu dengan nama proyek infrastruktur bernama Pembangkit Listrik Tenaga Surya Luar Angkasa Bishan, atau Pangkalan Bishan.

Baca Juga: Makin Populer, Pertumbuhan Solar Panel di Indonesia Capai 486%

Zhong Yuanchang, seorang profesor teknik elektro yang terlibat dalam proyek dengan Universitas Chongqing mengatakan, fasilitas pembangkit listrik skala besar ini mulanya ditujukan untuk pengujian, pengintegrasian pengamatan, dan pengembangan cara baru dalam memanfaatkan sumber energi dari cahaya Matahari.

Di mana para ahli menilai pembangkit listrik tenaga surya atau solar panel saat ini, tidak efisien karena hanya beroperasi pada siang hari. Sedangkan atmosfer memantulkan atau menyerap kembali hampir separuh pancaran energi dari sinar matahari.

“Keunggulan proyek ini, tenaga surya akan dikumpulkan langsung dari antariksa tanpa terpengaruh apapun kondisi apapaun baik dari cuaca hingga malam hari,” kutip dari South China Morning Post.

Untuk saat ini, tim peneliti sedang membangun pembangkit listrik uji skala kecil untuk digunakan pada tahun 2030. Untuk melakukan itu, tim harus menguji transmisi dari ketinggian rendah, sebelum pindah ke ketinggian yang menggunakan transmisi daya tegangan ultra-tinggi, hingga akhirnya menggunakan transmisi nirkabel dari orbit.

Energi Matahari

Solar Panel
Image by Bishnu Sarangi from Pixabay

Sejak tahun 1960-an, beberapa ilmuwan dan insinyur luar angkasa telah tertarik dengan gagasan stasiun surya di luar angkasa. Dari ketinggian 36.000 kilometer atau lebih, pembangkit listrik tenaga surya geostasioner dapat menghindari bayangan bumi dan melihat matahari 24 jam sehari.

Tentunya konsep penelitian ini bukan ambisi pemerintah China semata, sebab NASA telah lebih dulu mengeksplorasi konsep tersebut beberapa kali. Di mana pada awal 1970-an Peter Glaser menerima paten untuk desain perangkat yang mengirimkan daya dari satelit ke Bumi menggunakan gelombang mikro.

Sementara badan antariksa Jepang JAXA telah memulai pengembangan sistem tenaga surya luar angkasa pada tahun 1998 dan masih berjalan hingga saat ini. Tak ketinggalan, UK Space Energy Initiative yang bekerja sama dengan perusahaan swasta Inggris untuk mengolah daya energi Matahari langsung ke perangkat statis atau seluler secara bertahap



from Gizmologi https://ift.tt/3gHffMw
via IFTTT