Jakarta, Gizmologi – Lebih dari satu juta video telah dihapus dari YouTube, lantaran menayangkan konten misinformasi terkait COVID-19. Bahkan sejak sejak Februari 2020, konten-konten serupa masih terus bermunculan.

“Misinformasi telah berpindah dari marginal ke mainstream,” kata Chief Product Officer YouTube, Neal Mahon dalam blog-nya, seperti dilansir dari Engadget, Jumat (27/8/2021).

Mahon menguraikan, jika YouTube terus berupaya untuk mengurangi penyebaran konten misinformasi di platformnya. Namun dirinya tak menyangkal, kecepatan misinformasi yang diterima masyarakat telah meluas ke berbagai aspek.

“Tidak lagi terbatas pada dunia tertutup dari penyangkal Holocaust atau kebenaran 9-11, sekarang (misinformasi) meluas ke setiap aspek masyarakat. Kadang-kadang merobek komunitas dengan kecepatan tinggi,” jelasnya.

Kendati demikian, Mahon mengatakan, konten-konten buruk hanya mewakili sebagian kecil dari miliaran video di YouTube. Menurut catatannya hanya sekitar 0,16 sampai 0,18% dari total penayangan adalah konten yang melanggar kebijakan mereka.

Mahon menambahkan, YouTube juga menghapus hampir 10 juta video pada setiap kuartal, yang sebagian besar di antaranya hanya ditonton kurang dari 10 kali. YouTube juga telah bermitra dengan pihak berwenang dan sumber terpercaya untuk memvalidasi konten video dan misinformasi.

“Penghapusan informasi yang keliru merupakan salah satu aspek pendekatan perusahaan untuk menghadapi misinformasi Covid-19. Termasuk meningkatkan informasi dari sumber terpercaya dan mengurangi penyebaran video dengan informasi salah yang berbahaya,” lanjutnya.

Baca Juga: Facebook dkk Dituding “Membunuh Orang” dengan Misinformasi dan Hoaks COVID-19

Facebook Hapus Ribuan Akun Hoaks

Akuisisi sekuritas FacebookTidak hanya YouTube, Facebook baru-baru ini juga membuat argumen serupa tentang konten misinformasi dan hoaks di platform-nya. Jejaring sosial itu menerbitkan laporan mingguan, yang menyebutkan telah menghapus 20 juta konten misinformasi secara global.

Selain itu, ada lebih dari 3 ribu akun, halaman, dan grup yang juga dihapus karena dinilai menampilkan informasi yang salah terkait vaksinasi. Termasuk memberikan peringatan kepada lebih dari 190 juta konten lainnya yang menginggung dan memuat informasi salah soal COVID-19.

“Kami terus menghapus misinformasi Covid-19 berbahaya dan melarang iklan yang mencoba mengeksploitasi pandemi untuk keuntungan finansial. Sejak awal pandemi hingga Juni,” tulis Facebook.

Di sisi lain, media sosial milik Mark Zuckerberg tak ingin disalahkan atas maraknya isu hoaks terkait COVID-19 yang menyebar di masyarakat. Facebook berpendapat, bahwa kesalahan informasi vaksin maupun COVID-19 tidak mewakili jenis konten yang dilihat pengguna mereka.

Lebih lanjut, Facebook mengatakan konten-konten yang dinilai salah, sebagian besar telah dikoreksi, diubah, atau hilang konteks, oleh tim pemeriksa fakta independen. Di mana sejak beberapa tahun terakhi, Facebook bekerjasama dengan lebih dari 80 organisasi cek fakta dalam lebih dari 60 bahasa di seluruh dunia guna mengurangi konten misinformasi.

 



from Gizmologi https://ift.tt/3BeG0ja
via IFTTT