Jakarta, Gizmologi – Selama pandemi transaksi keuangan digital meningkat dengan pesat, hal ini pula yang menarik perhatian pelaku kejahatan siber. Upaya melindungi aktivitas penggunainternet terus dilakukan, salah satunya melalui Indonesia Anti-Phising Data Exchange.
“Pertumbuhan internet yang semakin masif membuat kita perlu meningkatkan kemananan dan ketahanan di internet dari serangan phising yang semakin banyak. Jadi perlu upaya lebih serius untuk menangkal kejahatan digital seperti phishing ini,” ujar Ketua Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (Pandi) Yudho Giri Sucahyo dalam keterangannya, Senin (23/8/2021).
Yudho mengajak seluruh lapisan masyarakat Indonesia lebih proaktif dalam memerangi phising yang semakin massif dan menuntut perlindungan ekstra. Terlebih dalam lima tahun belakangan ini, lebih dari 16.468 laporan phishing menyerang situs dan pengguna internet di Indonesia.
Phishing sendiri merupakan upaya penipuan yang ditujukan untuk mengelabui korban agar mengungkapkan informasi sensitifnya. Mulai dari data pribadinya seperti nama, alamat, nomor rekening, pasword dan lainnya tanpa disadari korban.
Selain meresmikan Indonesia Anti-Phishing Data Exchange, PANDI juga merayakan keberhasilannya menjadi domain nomor satu terbanyak di Asia Tenggara dengan pertumbuhan tercepat di dunia.
“Jumlah pengguna domain (.id) baru mencapai 35 persen atau posisi kedua dari jumlah domain yang ada di Indonesia, ke depannya kami mengajak pemangku kepentingan, swasta, dan masyarakat menggunakan domain (.id),” kata Yudho.
Baca Juga: Ungguli Vietnam, 534 Ribu Web di ASEAN Pakai Domain Indonesia (.id)
Meningkatnya Serangan Ransomware
Tak hanya phising, sebuah penelitian terbaru mengungkapkan jumlah serangan ransomware naik dalam setahun belakangan. Terhitung sejak bulan Agustus 2020 hingga Juli 2021, jumlah serangan ransomware meningkat hingga 64 persen dengan total 121 serangan.
Lebih dari separuh serangan menyasar bisnis dan perusahaan dengan persentase 57 persen. Beberapa sektor bisnis yang jadi sasaran serangan ransomware misalnya infrastruktur, travel, hingga layanan keuangan.
“Kriminal ransomware telah merasuki fondasi ekonomi digital kita. dari vendor software yang dipercaya hingga penyedia layanan TI,” ujar Fleming Shi, CTO Barracuda dalam laporannya.
Fleming Shi mengatakan bahwa penyerang ransomware membuat taktiknya semakin mulus untuk membuat skema pemerasan ganda, di mana pelakunya ikut mencuri data sehingga bisa mengancam akan menyebarkannya.
Untuk mencegah serangan tersebut, Shi menyarankan agar perusahaan perlu menerapkan kemampuan anti-phising di e-mail dan tool kolaborasi lainnya, serta terus-menerus melatih karyawan agar waspada dengan keamanan e-mail. “Langkah pertama sebuah organisasi dalam mencegah serangan ransomware adalah dengan menganggap bahwa ada kelemahan, dan memasang target agar tak perlu membayartebusan.”
from Gizmologi https://ift.tt/3zaRxj5
via IFTTT
0 Komentar