Jakarta, Gizmologi – Perusahaan keamanan siber Amerika Serikat (AS) NortonLifeLock, dilaporkan telah mengakuisisi seluruh saham Avast. Dua perusahaan antivirus itu juga melebur (merger) dalam sebuah kesepakatan bersama bernilai $8 miliar atau setara Rp115 triliun.

“Dengan kombinasi ini, kami dapat meningkatkan platform keamanan siber publik dan membuatnya tersedia untuk lebih dari 500 juta pengguna,” kata CEO NortonLifeLock, Vincent Pillete, dikutip dari The Verge, Kamis (12/8/2021).

Pillete juga menambahkan, merger ini membuat perusahaan memiliki kemampuan untuk mengakselerasi inovasi dalam mentransformasikan sistem keamanan siber. Merger keduanya diyakini akan menghadirkan produk antivirus yang berfokus pada privasi dan keamanan siber bagi konsumen serta bisnis.

“Transaksi ini merupakan langkah maju yang besar bagi keamanan siber konsumen dan pada akhirnya akan memungkinkan kami mencapai visi kami untuk melindungi dan memberdayakan orang-orang untuk menjalani kehidupan digital mereka dengan aman,” lanjutnya.

Perlu diketahui Avast merupakan perusahaan keamanan siber yang didirikan di Republik Ceko, pada tahun 1988. Setelah mengakuisisi AVG, Avast dikenal sebagai pembuat software yang berfokus pada layanan antivirus dan bisa dipergunakan masyarakat umum secara gratis.

Baca Juga: Avast Cleanup Siap Optimalkan PC dengan Perbarui Perangkat Lunak Otomatis

NortonLifeLock Perkuat Keamanan Siber

security 265130 1280
Ilustrasi keamanan data (Foto: Pixabay)

Kini setelah akuisisi NortonLifeLock, Pilette akan tetap menjadi CEO bisnis baru, sementara CEO Avast Ondrej Vlcek akan menjadi presiden dan bergabung dengan dewan perusahaan. Vlcek percaya merger Avast akan memberikan peluang lebih untuk menghadirkan sistem keamanan siber yang unggul.

“Melalui merek kami yang mapan, diversifikasi geografis yang lebih besar, dan akses ke basis pengguna global yang lebih besar, bisnis gabungan akan siap untuk mengakses peluang pertumbuhan signifikan yang ada di seluruh dunia,” Vlcek.

Bergabungnya kedua perusahaan akan memperkuat bisnis keamanan siber perusahaan. Pasalnya, beragam aksi serangan ransomware meningkat cukup drastis dan mengincar perusahaan high profile dalam beberapa pekan terakhir.

Belum lama ini misalnya, Gigabyte terkena serangan ransomware. Kelompok hacker mengklaim telah mencuri 112GB data perusahaan yang bersifat rahasia, seperti dilansir dari Techcrunch.

Selain itu ada pula serangan ransomware yang menyerang pelanggan software CCleaner di tahun 2017. Aksi semacam ini dapat menyebabkan masalah bagi konsumen dengan menyisipkan ransomware atau malware berbahaya hingga mempengaruhi jaringan informasi perusahaan.



from Gizmologi https://ift.tt/3jRAXhF
via IFTTT