Jakarta, Gizmologi – Tidak semua pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) terkena dampak Pandemi Covid-19. Mereka yang berbisnis dengan memanfaatkan teknologi digital, justru tumbuh secara signifikan. Hal ini diungkapkan oleh Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki di sela-sela webinar bertema “Mendorong Transformasi Digital UMKM Melalui E-Commerce” yang diselenggarakan Tempo (13/8).

Teten tak menampik bahwa pandemi turut mendorong akselerasi UMKM untuk akhirnya go digital. Berdasarkan data Indonesian E-Commerce Association (idEA) tercatat sebelum pandemi hanya 8 juta UMKM yang terhubung dengan ekosistem digital. Namun dalam kurun waktu 1,5 tahun ini jumlah itu bertambah menjadi 14,6 juta UMKM atau naik sekitar 22 persen.

“Jadi ini hampir 6,6 juta pertambahannya dalam waktu 1,5 tahun. Karena ada situasi yang mendorong mereka harus segera adaptasi dan transformasi ke digital. Target kita nanti di 2024 ini ada 30 juta UMKM yang terhubung ke platform digital,” ujar Teten.

Ia menambahkan, pihak-pihak e-commerce harus dapat membantu UMKM yang memang memiliki keterbatasan dari segi modal. Setidaknya untuk melakukan market intelligence sehingga dapat menentukan peluang pasar, strategi penetrasi pasar, serta pengembangan pasar yang kuat.
Baca juga: Begini Strategi Jangka Panjang Tokopedia Bangun Masa Depan Digital Indonesia

E-commerce Pilihan UMKM

GoTo TOkopedia GojekPernyataan Teten tersebut senada dengan hasil survei yang dilakukan Tempo Data Science (TDS) tentang praktik e-commerce di Indonesia periode Mei – Juli 2021. Menurut peneliti TDS, Ai Mulyani, untuk bisa bertahan dan berkembang selama pandemi, sebagian besar (82 persen) UMKM berusaha mengoptimalkan aktivitas penjualan online melalui outlet mereka di platform e-commerce dan juga lapak di media sosial.

“Tidak ada hambatan berarti bagi para penjual dalam pemanfaatan platform pemasaran online. Minimnya barriers to entry memberikan keuntungan optimum bagi para UMKM untuk memanfaatkan infrastruktur yang telah tersedia,” kata Ai.

Dari survei yang dilakukan oleh TDS, terungkap bahwa platform digital Tokopedia dan Shopee adalah dua marketplace paling populer di kalangan UMKM yang memasarkan produknya secara online. Popularitas marketplace ini lebih menonjol, yakni sama-sama 99 persen dibanding kompetitornya.

Dari sisi kualitas top of mind (TOM), Tokopedia menjadi pilihan utama yakni 35 persen, bersaing ketat dengan Shopee (34 persen), diikuti Bukalapak (13 persen), Lazada (7 persen), Blibli (7 persen) dan JD.ID (3 persen). Sementara survei melalui penelitian kuantitatif menggunakan kuesioner terstruktur dalam format online ini juga menempatkan Tokopedia sebagai penghasil omzet penjualan terbesar bagi penjual, yakni dipilih 36 persen pelaku UMKM, diikuti Shopee (32 persen), Bukalapak (14 persen), Lazada (8 persen), Blibli (7 persen) dan JD.ID (3 persen).

“E-commerce yang memberikan frekuensi transaksi tersering juga ditempati Tokopedia (35 persen), Shopee (33 persen), Bukalapak (13 persen), Lazada (9 persen), Blibli (7 persen) dan JD.ID (3 persen),” ujar Ai Mulyani.

Kecenderungan UMKM dalam Berjualan Online

Ilustrasi pengusaha UKM
Ilustrasi pelaku UMKM (Sumber: Freepik/tirachardz)

Survei tersebut juga menemukan fenomena bahwa ternyata penjual cenderung multi user. Yakni memanfaatkan lebih dari satu platform di saat bersamaan. “Mereka beralasan penggunaan lebih banyak sarana e-commerce akan memaksimalkan jangkauan kepada lebih banyak target konsumen,” jelas Ai Mulyani.

Dukungan platform digital dalam mempertahankan dan mengembangkan bisnis dirasakan langsung CEO dan Founder Sovlo Indonesia, Lidya Valensia. Bisnisnya di bidang souvenir dan barang promosi perusahaan dan pernikahan terhenti pada Maret 2020 karena banyak acara kantor dan pernikahan yang dibatalkan.

Setelah sempat kewalahan karena omzet turun drastis dan memikirkan nasib para pekerja yang kehilangan penghasilan, Lidya bergerak cepat memanfaatkan platform e-commerce untuk memasarkan souvenir yang diproduksi. “Kami mulai akhir Mei dan pertengahan Juni 2021 sudah go online. Sambutannya sangat baik,” ujar Lidya.

Menurutnya, platform e-commerce sangat membantunya sebagai pelaku bisnis. “Saya memilih platform digital berdasarkan kemudahan yang ditawarkan. Kita tidak perlu bangun toko online, develop web, tidak perlu admin WhatsApp, di e-commerce sudah terhubung dengan baik. “Saya pilih platform digital yang banyak memberi kemudahan dan banyak fasilitas yang ditawarkan,” imbuhnya.

Sementara itu, Pengamat ekonomi digital Aviliani menilai model bisnis UMKM memang harus berubah. Ia mendorong pemerintah membuat berbagai regulasi agar UMKM lebih bernilai tambah, lalu bisa naik kelas. Terkait digitalisasi, menurutnya masih kecil sekali, baru sekitar 13 persen UMKM yang terhubung platform digital.

“Dan jujur saja yang masuk itu UMKM yang berdagang lebih banyak barangnya sama, tinggal persaingan harga di antara mereka. Diperlukan UMKM yang punya keunikan dan keunggulan yang produknya tidak sama dengan UMKM-UMKM yang lain,” pungkasnya.

Selain itu, masih kecilnya UMKM yang terhubung ke platform digital karena terkendala dari sisi infrastruktur. Pasalnya masih cukup banyak wilayah di tingkat kabupaten itu yang akses terhadap internetnya rendah. Menurutnya, ini menjadi PR pemerintah untuk membenahi dari segi sisi infrastruktur.


Disclaimer: artikel ini merupakan kerja sama dengan Tokopedia



from Gizmologi https://ift.tt/3jSwivY
via IFTTT