Jakarta, Gizmologi – Sektor pertanian kini makin mendapat perhatian dari pelaku industri, khususnya terkait adopsi teknologi. Bahkan tiga institusi terkemuka yaitu Microsoft, TaniHub Group, dan Bank Dunia Group berkolaborasi memprakarsai Cultivhacktion.
Mengapa kian diperhatikan? Karena sektor pertanian berkontribusi terhadap 13 persen dari perekonomian di Indonesia dan merupakan sumber mata pencaharian bagi 33 juta petani. Selain itu, kapasitas Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi penduduknya yang terus meningkat dan bergerak ke arah perkotaan, di tengah pola pangan konsumen yang kian beragam. Sehignga penting untuk mempertahankan serta meningkatkan produktivitas, keberlanjutan, dan daya saing sektor pertanian.
Melalui kolaborasi yang mendapatkan dukungan dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia serta Pemerintah Provinsi Jawa Barat ini, ajang ini diharapkan meningkatkan produktivitas dan inklusivitas lebih dari 33 juta petani di Indonesia. Mereka ingin mengembangkan sistem pertanian yang dapat membentuk transparansi dan efisiensi rantai pasok, serta menciptakan generasi baru dari kalangan petani dan pengusaha agribisnis.
Baca juga: Fintech Agrikultur TaniFund Resmi Berizin OJK, Siap Menyalurkan Rp700 M ke Petani
Potensi Pertanian di Indonesia
Pertanian bukan hanya mengenai produksi makanan, tetapi juga penyediaan lapangan kerja bagi 273 juta masyarakat Indonesia. Menurut Syahrul Yasin Limpo, Menteri Pertanian Republik Indonesia, sektor ini memiliki potensi pertumbuhan yang begitu besar, terbukti dari tumbuhnya Nilai Tukar Usaha Pertanian Indonesia hingga 104% dalam dua tahun terakhir.
“Kementerian Pertanian berharap Cultivhacktion ini dapat mengakselerasi dan memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia, termasuk petani dan pihak lain yang ada dalam ekosistem pertanian; menjadikan pertanian kita semakin maju, mandiri, dan modern, sehingga dapat menerobos pasar nasional maupun global,” ujar Syahrul.
Senada dengan Menteri Pertanian, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengapreasiasi digelarnya Cultivaction yang mengundang generasi muda dengan tujuan menciptakan solusi-solusi digital untuk menjawab berbagai permasalahan pertanian, serta menciptakan kesempatan baru. Ia melihat terdapat tiga jenis ekonomi yang tetap bertumbuh kuat selama pandemi Covid-19: keamanan pangan, kesehatan, dan digital.
“Inilah yang kita temukan dalam Cultivhacktion: kombinasi dari pangan, ekonomi, dan inovasi digital. Saya ingin semua partisipan Cultivhacktion sukses, sehingga kita bisa menunjukkan kepada dunia bahwa Jawa Barat adalah contoh terdepan dalam inovasi pertanian dan ekonomi pangan,” ujarnya.
Apa Itu Cultivhacktion?
Berasal dari kombinasi kata cultivate (membudidayakan), hackathon (acara para pegiat teknologi), dan action (tindakan), Cultivhacktion berupaya menghadirkan solusi teknologi bagi percepatan digitalisasi ekosistem pertanian di Indonesia.
Para inovator diajak untuk mengembangkan solusi yang mencakup tiga area utama. Pertama, peningkatan produktivitas pertanian serta ketahanan terhadap guncangan, termasuk yang disebabkan oleh iklim. Kedua, perluasan akses para petani kepada input, pasar, dan sumber daya keuangan. Ketiga, dukungan terhadap pengambilan keputusan berbasis data oleh pemerintah.
Solusi yang dicari di Cultivhacktion adalah yang bersifat praktis dan dapat diterapkan oleh petani skala kecil dalam rangka mempercepat penggunaan teknologi baru. Misalnya dengan memberikan solusi dalam penciptaan rantai pasok pertanian yang tangguh dan berkelanjutan di tengah perubahan iklim.
Kemudian menyediakan akses kepada informasi berbasis agro-klimatik yang sesuai dengan kebutuhan budidaya para petani di masing-masing daerah melalui penerapan big data. Serta meningkatkan pengetahuan petani berskala kecil tentang pemasaran, pemrosesan pasca-panen, pengelolaan usaha pertanian, serta pengelolaaan keuangan pribadi dengan memanfaatkan pengembangan digital.
Pamitra Wineka, CEO TaniHub Group, mengatakan sebagai pemain agritech, pihaknya terus berupaya memajukan petani Indonesia melalui ekosistem, dari hulu ke hilir yang memungkinkan petani, pembeli, pendana, dan seluruh pemangku kepentingan terkait menikmati beragam hasil panen yang baik dari pertanian.
“Tentunya, kami tidak ingin berhenti di sini karena masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Dengan diselenggarakannya Cultivhacktion, kami ingin menyaksikan pemikir-pemikir terbaik di negeri ini menciptakan inovasi yang inspirasional, yang akan melengkapi perjalanan kita dalam mengerahkan potensi pertanian Indonesia,” kata Pamitra.
Sementara Satu Kahkonen, Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste, mengatakan bahwa pertanian digital berpotensi menciptakan perubahan bagi sektor pertanian di Indonesia. Pertanian digital dapat membantu para petani dan pelaku usaha pertanian dalam mengakses informasi, membuat keputusan yang lebih baik, dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara lebih produktif dan berkelanjutan.
Pertanian digital juga turut membuka terciptanya generasi baru dari kalangan petani dan pelaku usaha pertanian. Untuk dapat sepenuhnya mendapatkan manfaat dari teknologi digital, pemerintah dan sektor swasta perlu bekerja sama dalam membangun “ekosistem pertanian digital”.
“Hackathon ini menjadi sebuah contoh bagaimana pemerintah, organisasi internasional, sektor swasta, dan masyarakat sipil dapat bekerja sama mendukung para inovator muda di bidang teknologi pertanian dalam mengembangkan solusi untuk meningkatkan kesejahteraan para petani di Indonesia,” imbuhnya.
Panji Wasmana, National Technology Officer Microsoft Indonesia, menambahkan, ketika ekosistem data telah terbentuk, teknologi seperti kecerdasan buatan, machine learning, serta advanced analytics akan melahirkan berbagai inovasi baru dalam industri pertanian.
“Misalnya, petani akan dapat memprediksi pola cuaca untuk menentukan waktu tanam yang tepat, atau meningkatkan presisi pertanian melalui aplikasi irigasi yang didukung insights berbasis data. Inovasi ini pun memungkinkan petani untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas lahan, dan pendapatan, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif,” ujar Panji.
Pendaftaran Cultivhacktion
Selain TaniHub Group, Kelompok Bank Dunia, dan Microsoft, acara ini juga diprakarsai oleh GIZ. Berdasarkan penugasan oleh Kementerian Federal Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan Jerman (BMZ), Pendanaan baru dari GIZ untuk Mempromosikan Inovasi Pertanian (i4Ag) mendukung proyek-proyek inovatif yang memberikan dampak positif pada ketahanan pangan, pendapatan dan lapangan kerja di bidang iklim dan lingkungan.
Pendanaan i4Ag melihat Cultivhacktion sebagai peluang besar untuk mendukung para wirausahawan dalam menghadirkan solusi digital berbasis data, yang dapat memperkaya sektor pertanian di Indonesia dan bahkan lebih dari itu. Sejalan dengan tujuan untuk mempromosikan berbagai inovasi dan berbagi pengetahuan, i4Ag menantikan hadirnya berbagai ide hebat yang akan dikembangkan dalam hackathon.
Periode pendaftaran dibuka mulai tanggal 9 September hingga 5 Oktober 2021. Untuk berpartisipasi, peserta perlu mengirimkan proposal konsep solusi yang ingin dihadirkan, serta terlebih dulu mengikuti bootcamp pertanian dan teknologi.
Dari sana, sepuluh peserta terpilih akan diberikan kesempatan untuk mengembangkan prototipe solusi yang diusulkannya pada Microsoft Azure, dan menerima mentorship dari tenaga ahli terpilih. Solusi inovatif tersebut nantinya akan dipromosikan kepada para pemangku kepentingan di industri pertanian. Adapun tiga solusi terbaik akan mendapatkan dukungan lebih lanjut untuk mempertajam serta melakukan uji coba dan peningkatan skala.
from Gizmologi https://ift.tt/3ESuuwv
via IFTTT
0 Komentar