Ilustrasi Pemilik Warung dengan Ula

Jakarta, Gizmologi – Bagi startup atau sebuah perusahaan yang baru saja didirikan, pendanaan yang didapat oleh investor tentu dapat menentukan masa depan bisnis mereka hingga beberapa tahun ke depan. Tak hanya saat awal berdiri saja, namun beberapa waktu setelahnya. Seperti startup Ula yang baru saja berhasil raih pendanaan seri B.

Bila belum familiar, Ula adalah sebuah startup e-commerce lokal yang memiliki fokus untuk transformasi UMKM. Setelah berhasil mendapat pendanaan seri A pada Februari lalu, kali ini perusahaan rintisan B2B e-commerce marketplace tersebut sudah mengumpulkan pendanaan seri B.

Nilainya juga tergolong cukup tinggi, mencapai USD87 juta alias setara dengan Rp1,24 triliun. Pendanaan kali ini dipimpin oleh beberapa investor, di antaranya adalah Prosus Ventures, Tencent, dan B-Capital. Juga diikuti oleh Bezos Expeditions, sebuah perusahaan venture capital milik Jeff Bezos, alias pendiri dari Amazon.

Baca juga: Raih Pendanaan Seri B US$50 Juta, BukuKas Siap Akselerasi UMKM Indonesia

Juga masih ada beberapa investor terkemuka se-Asia lainnya yang berikan pendanaan sejak seri sebelumnya, seperti Lightspeed India, Sequoia Capital India, Quona Capital, dan Alter Global, kembali berpartisipasi pada kesempatan pendanaan kali ini. Ula juga menggandeng seorang investor berpengalaman, Pandu Sjahrir sebagai penasihat perusahaan.

Bakal Kembangkan Layanan Terutama Metode Pay Later

 Nipun Mehra, Co-Founder dan CEO Ula
Nipun Mehra, Co-Founder dan CEO Ula

Riky Tenggara, co-founder dan Chief Operating Officer Ula menjelaskan bila memecahkan kompleksitas masalah rantai pasokan di Indonesia adalah upaya yang menantang dan berdampak. Dibangun dari komunitas, pihaknya menganggap penting untuk berikan layanan yang selalu dapat diandalkan oleh pelanggan.

“Khususnya layanan yang dapat memberikan perbedaan yang nyata bagi kehidupan mereka. Tim kami akan senantiasa berjuang untuk dapat memberikan manfaat penggunaan teknologi bagi jutaan warung di Indonesia, khususnya di luar daerah metropolitan,” tambah Riky lewat sebuah rilis yang diterima Gizmologi (4/10). Pihaknya sendiri menganggap bila warung tak lagi menjadi sekadar sebuah toko, melainkan pintu gerbang bagi warga sekitar untuk penuhi kebutuhan harian.

Dengan bertambahnya warung yang terdaftar, Ula akan menggunakan data transaksi warung serta pengetahuan tentang pasar ritel untuk berikan pilihan layanan pay later, yang diprediksi memiliki total nilai pasar sebesar USD150 miliar di Indonesia. Pilihan pay later kepada supplier dinilai bermanfaat, terutama untuk atasi keterbatasan akses pemilik warung terhadap layanan perbankan.

Menjadi pendanaan kedua di tahun 2021 dan hanya berjarak 8 bulan dari yang pertama, nilai pendanaan tersebut bakal digunakan untuk investasi pada pertumbuhannya di Indonesia, penambahan kategori, pengembangan layanan “buy-now-pay-later” serta beberapa poin lain seperti pembangunan teknologi baru, infrastruktur logistik dan rantai pasokan lokal. Perkuat komitmen Ula mendukung pemilik warung tradisional.

Terutama mereka yang berada di kota Tier 2 sampai Tier 4, di mana akses terhadap sumber daya dan infrastruktur logistik masih menjadi tantangan utama. Selama pandemi, diklaim sudah banyak pemilik warung yang sukses gunakan teknologi dan solusi dari Ula, agar tetap dapat jalankan usaha serta jamin keselamatan orang yang terlibat usaha tersebut.

Sudah Layani Lebih dari 60 Ribu UMKM Warung

Para founder Ula
(Ki-Ka) Riky Tenggara (Co-Founder dan COO), Derry Sakti (Co-Founder dan CCO), Alan Wong (Co-Founder dan CTO)

Sebagai salah satu investor, Adrian Li, Managing Partner AC Ventures mengatakan bila misi Ula untuk berdayakan 63 juta UMKM Indonesia dengan teknologi digital merupakan salah satu peluang terbesar di Asia Tenggara, di mana UMKM berkontribusi lebih dari 60% dari Produk Domestik Bruto.

“UMKM merupakan penyoikong perekonomian Indonesia dan Ula menyediakan pengadaan dan sistem operasional yang lebih efisien, dan pada akhirnya membuka akses akan pemenuhan kredit yang sangat dibutuhkan untuk memperluas skala bisnis UMKM,” tambah Adrian. Dalam 20 bulan sejak peluncuran, Ula kini tawarkan lebih dari 6,000 produk dan layani lebih dari 70 ribu warung.

 

Tim dari Ula sendiri tersebar di tiga negara, juga termasuk salah satu perusahaan rintisan dengan pertumbuhan tercepat di kawasan ini. Dengan solusi dari Ula, warung tak perlu khawatirkan pembelian barang, ketersediaan produk, atau metode pemnayaran yang bisa berikan mereka fokus ke hal penting lainnya.



from Gizmologi https://ift.tt/3AfX3Ar
via IFTTT