Samsung Galaxy Watch 4 Classic

Sebelum memulai ulasan dari Samsung Galaxy Watch 4 Classic, saya ingin sedikit flashback terlebih dahulu ke sekitar tahun 2017. Masa di mana saya baru menjual Pebble 2 (yang padahal baru rilis, namun masa depannya sudah gelap berkat akuisisi dengan Fitbit), dan memutuskan untuk beralih ke Galaxy Gear S2 Classic.

Kalau bisa saya umpamakan, menggunakan Gear S2 saat itu seperti menggunakan smartphone Lumia. Terasa mewah, navigasi mudah dan intuitif, namun kurang aplikasi. Sehingga tidak terlalu membantu seperti smartwatch lain yang jalankan Wear OS atau watchOS (untuk Apple Watch). Nah, situasi tersebut tak lagi terulang lewat smartwatch Samsung rilisan 2021.

Alih-alih lanjut dengan Tyzen OS, Samsung memutuskan untuk bekerja sama dengan Google, untuk kembangkan Wear OS versi kustom dengan tampilan familiar, namun situasi aplikasi jauh lebih baik. Galaxy Watch 4 Classic pun jadi yang perdana menjalankan versi terbaru Wear OS 3. Di mana rilisan vendor lain ada yang baru mendapatkannya di 2022.

Memang, kalau dihitung-hitung, ini adalah smartwatch ke-sekian yang telah dirilis Samsung. Masyarakat pun mungkin akan berekspektasi kalau Galaxy Watch 4 Classic mutlak lebih baik dari generasi sebelumnya. Sayangnya, tak seutuhnya benar, meski termasuk salah satu smartwatch terbaik 2021. Berikut ulasan lengkapnya.

Desain

Samsung Galaxy Watch 4 Classic

Kalau varian standar tampil lebih sederhana dengan permukaan kaca flat, varian Galaxy Watch 4 Classic hadir dengan rotating bezel yang memang menjadi ciri khas sejak terdahulu. Tak seperti smartwatch lain, bezel ini mampu diputar untuk bernavigasi. Nilai plusnya? Bisa membaca notifikasi secara penuh tanpa tertutup jari—selain rasa “klik” setiap putarannya yang benar-benar memuaskan nan presisi.

Oh ya, Galaxy Watch 4 Classic yang say aulas adalah varian LTE 46mm, alias yang paling besar. Meski begitu, dimensinya masih tergolong lebih kompak dari generasi sebelumnya, dengan bobot kisaran 50gram. Saya rasa bakal masih pas untuk tangan pengguna Asia. Bodinya sendiri terbuat dari stainless steel, namun strap-nya agak kurang ‘seimbang’.

Samsung Galaxy Watch 4 Classic Samsung Galaxy Watch 4 Classic

Biasanya, varian Classic hadir dengan strap kulit, namun kali ini material yang digunakan adalah karet tahan keringat. Nyaman sih nyaman aja, namun tentu saja jadi tidak maksimal untuk tampil premium, alias kamu harus membeli strap 20mm secara terpisah. Untuk durabilitas, sudah mengantongi sertifikasi MIL-STD-810G plus tahan debu dan air sampai kedalaman 50 meter.

Dengan tampilan warna hitam, Galaxy Watch 4 Classic terlihat cukup premium, dengan aksen warna merah pada tombol atas yang cukup menarik perhatian alias tidak berlebih. Setidaknya diberikan opsi strap kulit atau mungkin berikan strap karet sebagai bonus saja—walaupun opsi ini bisa membuat harga jual naik, ya.

Layar

Samsung Galaxy Watch 4 Classic

Sama seperti lini flagship Samsung, layar Galaxy Watch 4 Classic adalah yang terbaik yang pernah saya lihat di sebuah smartwatch. Dengan dimensi 1,4 inci, panel Super AMOLED-nya punya resolusi tinggi, 450 x 450 piksel dengan kerapatan mencapai 321ppi. Sudah terlapis Gorilla Glass DX agar lebih tahan baret.

Selain punya saturasi dan kontras yang tinggi, juga sangat cerah untuk penggunaan luar ruangan, lengkap dengan fitur auto-brightness. Ada tiga opsi untuk menyalakan layar, yaitu dengan mengangkat Galaxy Watch 4 Classic, menyentuh layar maupun memutar bezelnya. Sensitivitasnya pun bisa ditingkatkan, untuk penggunaan dengan sarung tangan.

Samsung Galaxy Watch 4 Classic

Samsung berikan banyak pilhan watch faces, dan tidak asal banyak, semuanya tergolong oke dengan animasi intuitif dan personalisasi masing-masing. Juga sudah mendukung always-on display yang juga mendukung warna, tidak hanya monokrom seperti smartwatch Wear OS terdahulu.

Kombinasi layar besar dan rotating bezel pada Galaxy Watch 4 Classic membuat kegiatan membaca notifikasi jadi sangat mudah. Samsung juga berikan fleksibilitas terbaik untuk membalas pesan. Mulai dari preset yang bisa dipilih, emoji, input suara, swipe sampai keyboard T9 alias ABC. Tinggal pilih mana yang paling mudah.

Fitur Wear OS 3

Samsung Galaxy Watch 4 Classic

Meski terlihat familiar, Galaxy Watch 4 Classic tak lagi jalankan Tyzen OS, alias Wear OS 3 dengan tampilan antarmuka One UI. Selain pengguna smartwatch Samsung terdahulu, pengguna baru pun bakal lebih mudah. Sejak awal ada tutorial yang sangat mudah untuk menunjukkan cara bergulir ke menu sampai notifikasi. Kedua tombol di sebelah kanan bisa dikustomisasi sesuai selera, untuk jalankan aplikasi atau akses Bixby.

Ya, meski sudah menjalankan Wear OS, kita masih belum bisa berikan perintah suara ke asisten Google—dikabarkan sedang digodok untuk hadir di masa mendatang. Setidaknya, sekarang aplikasinya jadi lebih banyak dan bermanfaat. Contohnya, ketika sedang bernavigasi lewat Google Maps dari smartphone, layar Galaxy Watch 4 Classic otomatis tampilkan petunjuk jalan dan peta secara otomatis.

Samsung Galaxy Watch 4 Classic

Hal seperti ini bermanfaat untuk beragam skenario, baik ketika sedang mengemudi atau sedang berjalan di tempat keramaian, alih-alih menggenggam Galaxy Z Fold 3 di jalanan, kita hanya perlu melihat layar di pergelangan tangan saja. Juga aplikasi Telegram yang bisa memulai kirim pesan langsung dari smartwatch.

Namun ada sebuah bug yang sangat mengganggu dan bikin saya agak pusing ketika pertama kali setup. Saat itu, smartwatch sudah bisa tersambung namun akun Google tak bisa masuk. Setelah melakukan riset 5 – 10 menit, di halaman tertentu situs dukungan Samsung, ada yang menyarankan untuk mematikan WiFi dan gunakan data seluler saat setup. Saya ulangi prosesnya, kemudian semuanya berhasil.

Inilah mengapa saya sebut dengan “percobaan” di judul, karena walaupun rilisan ke-sekian, Galaxy Watch 4 Classic jadi yang pertama memakai Wear OS. Hal seperti ini memang seharusnya tidak terjadi, dan semoga bisa dibenahi lewat pembaruan software baik di sisi smartwatch maupun smartphone-nya.

Sisanya? Untuk performa, termasuk yang paling kencang yang pernah saya coba. Paduan cip Exynos W920 5nm terbaru plus kapasitas RAM sangat lega di 1,5GB membuat proses buka tutup aplikasi berjalan instan. Penyimpanan internalnya pun cukup lega di 16GB, bisa menyimpan playlist lagu secara offline tanpa khawatir memori penuh.

Samsung Health

Samsung Galaxy Watch 4 Classic - Samsung Health

Menjadi smartwatch premium, tentunya fitur kesehatan yang dibawa sangat lengkap. Galaxy Watch 4 Classic dilengkapi sensor BioActive yang bisa mencatat banyak informasi. Mulai dari yang mendasar seperti jumlah langkah, denyut jantung, kadar oksigen dalam darah (SpO2) sampai kualitas tidur hingga suara dengkuran. Namun ada tiga informasi tambahan lainnya, yaitu tekanan darah, ECG, dan Body Composition.

Dua fitur pertama hanya bisa diakses bila smartphone memiliki aplikasi Samsung Health Monitor. Aplikasi ini hanya tersedia di Galaxy Store, artinya pengguna Android lain tak bisa gunakan fitur tersebut. Kalau Body Composition, masih bisa, cukup sentuhkan dua jari ke dua tombol di bodi kanan selama 15 detik.

Samsung Health - ECG Samsung Galaxy Watch 4 Classic - Body Composition

Informasi yang ditampilkan beragam seperti lemak dalam tubuh, massa lemak dan otot, tingkat BMI, cairan tubuh dan lainnya. Tingkat akurasinya sendiri sudah pernah diuji oleh beberapa YouTuber luar, dibandingkan langsung dengan alat profesional, dan hasilnya tak terpaut jauh.

Selain banyaknya jumlah olahraga yang bisa dideteksi, saya suka dengan pengingat Galaxy Watch 4 Classic yang tak hanya berikan efek getar dan pemberitahuan, namun juga jenis peregangan yang dapat dipilih. Misal, bila pengguna memilih untuk regangkan tangan ke atas, akan ditampilkan jumlah dan perangkat akan bergetar bila sudah tercapai.

Tampilan aplikasi Samsung Health juga sangat mudah untuk dibaca, dan saran-saran yang mudah dipahami agar pengguna bisa tingkatkan kualitas tidur maupun memotivasi untuk lebih aktif berkegiatan. Sampai beberapa program mindfulness yang terintegrasi dengan aplikasi Calm.

Baterai

Baterai Samsung Galaxy Watch 4 Classic

Menjadi varian terbesar, Galaxy Watch 4 Classic 46mm memiliki kapasitas baterai 361 mAh. Dengan chipset yang jauh lebih hemat daya, masa pakai smartwatch Android satu ini bisa dibilang lebih lama dari Wear OS lain yang ada di pasaran. Namun juga tak selama smartwatch dengan Tyzen OS.

Untuk penggunaan dengan always-on display, setidaknya bisa tahan hingga 24 jam, atau hampir 30 jam. Dengan catatan, tidak mengaktifkan fitur pendeteksi tekanan darah maupun SpO2 secara kontinyu, dan mematikan notifikasi yang memunculkan suara, alias efek getar saja.

Kalau fitur kesehatan lebih banyak diakses, tentu bakal habis di malam hari. Sementara tanpa AOD, kurang lebih bisa sekitar 1,5 hari. Kalau dengan mengaktifkan fitur LTE lewat eSIM dari Smartfren juga siap-siap lebih boros lagi ya.

Pengisian dayanya sendiri tergolong standar, membutuhkan waktu kurang lebih 1,5 jam lewat Qi wireless charger. Selama dua pekan penggunaan, sangat jarang bagi saya untuk harus isi daya sebelum tidur. Satu hari masih aman, namun untuk bertahan sampai dua hari penuh, rasanya masih harus dihemat-hemat.

Kesimpulan

Kelengkapan Samsung Galaxy Watch 4 Classic

Sebuah bahasan yang cukup panjang untuk sebuah perangkat wearable berdimensi kecil, ya. Mau bagaimana lagi, Galaxy Watch 4 Classic memang tampil menarik luar dalam, gabungkan keahlian Samsung dan Google sekaligus, hasilkan sebuah jam tangan pintar yang fashionable nan multiguna.

Untuk banderol harganya yang mencapai Rp6 juta, tentu wajar bila saya berekspektasi lebih tinggi seperti material strap dari kulit, baterai yang bisa tahan lebih lama, maupun software yang lebih matang nan bebas bug. Kalau saja Samsung terus benahi dan tingkatkan fitur yang ada, tentunya bakal sangat layak untuk dibeli bagi pengguna smartphone Android.

Spesifikasi Galaxy Watch 4 Classic

Layar 1.4 inci, Super AMOLED, 450 x 450 pixels (326 ppi), Gorilla Glass DX
Warna Black, Silver
Chipset Exynos W920 (5nm) dual-core
Berat 52g
Ketahanan 5 ATM water resistant, MIL-STD-810G, stainless steel 316L
Konektivitas Bluetooth 5.0, Wi-Fi a/b/g/n, LTE (eSIM)
Health Monitoring Heart-rate monitor, SpO2 monitor, sleep/stress monitor, ECG, Body Composition, blood monitoring
Baterai 361 mAh, all-day
Memori 16GB internal, 1,5GB RAM
Harga Rp4.999.000 (no SIM), Rp5.999.000 (eSIM LTE)

Beli perangkat Samsung secara online di:

SHOPEE Lazada TOKOPEDIA



from Gizmologi https://ift.tt/3otOPlY
via IFTTT