antarafoto penerapan qris 300721 ak 2

Jakarta, Gizmologi – Transaksi digital khususnya aplikasi pembayaran digital (mobile baking) terus meningkat selama pandemi COVID-19. Bahkan perusahaan cybersecurity, Kaspersky memprediksi penggunaan uang tunai akan semakin langka dalam waktu 5 tahun ke depan.

Hal itu diungkapkan dalam sebuah studi berjudul “Mapping a Secure Path for Yhe Future of Digital Payments in APAC.” Managing Director for the Asia Pacific (APAC) Region Kaspersky Chris Connell menjelaskan salah satu temuan utama dalam studi ini menunjukkan bahwa 90 persen responden Asia Pasifik telah menggunakan aplikasi pembayaran seluler setidaknya sekali dalam 12 bulan terakhir.

“Permintaan yang melonjak untuk pembayaran digital telah mengubah cara kita bertransaksi baik online maupun offline,” ujar Chris dalam Cybersecurity Weekend, dikutip Senin (18/10/2021).

Meski begitu, Chris tidak menampik jika penggunaan uang tunai masih tetap umum digunakan secara masif. Setidaknya untuk saat ini di Asia Pasifik sebanyak 70 persen responden masih menggunakan catatan fisik untuk transaksi sehari-hari mereka.

Chris merinci, Filipina mencatat persentase pengadopsi uang elektronik (e-cash) baru tertinggi sebesar 37%, diikuti oleh India 23%, Australia 15%, Vietnam 14%, Indonesia 13% dan Thailand 13%. Sedangkan terendah adalah China 5%, Korea Selatan 9% dan Malaysia 9%.

“Bisnis sekarang mendigitalkan operasi mereka untuk mendapatkan pendapatan tambahan melalui pembayaran digital, sementara konsumen sangat bergantung padanya karena kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan,” lanjutnya.

Baca Juga: Prospek Bank Digital akan Berkembang Pesat dalam 10 Tahun

Ini tidak mengherankan sebab China telah lebih dulu menjadi pemimpin dalam pembayaran seluler di Asia Pasifik. Bahkan sebelum era pandemi, platform lokal teratasnya, Alipay dan WeChat Pay, telah menyebabkan adopsi massal yang signifikan dan menjadi contoh bagi negara-negara Asia lainnya.

Kaspersky mencatat lebih dari setengah responden survei, mulai menggunakan metode pembayaran digital selama pandemi karena lebih aman dan nyaman daripada melakukan transaksi tatap muka. Sebanyak 45 persen pengguna mengaku melakukan pembayaran sembari mematuhi aturan jarak sosial.

“Dari statistik tersebut, kami dapat menyimpulkan bahwa pandemi telah memicu lebih banyak orang untuk terjun ke ekonomi digital, yang dapat sepenuhnya menurunkan penggunaan uang tunai di kawasan ini dalam tiga hingga lima tahun ke depan,” papar Chris.

Kekhawatiran Uang Digital

Bank Digital

Kendati demikian, masih banyak respon yang memiliki kekhawatiran saat menggunakan metode pembayaran digital terlepas dari klaim aplikasi yang aman. Kaspersky menyebutkan bahwa 48% responden mengaku takut kehilangan uang atau proses transaksi tidak bisa diselesaikan.
Sementara 41% takut menyimpang informasi keuangan secara online. Sedangkan hampir empat dari 10 responden juga mengungkapkan bahwa mereka tidak sepenuhnya mempercayai keamanan platform atau aplikasi.

“Untuk mendorong ekonomi digital yang aman ke depan, penting bagi kami untuk mengetahui titik kesulitan para pengguna dan mengidentifikasi celah yang perlu segera kami tangani. Hasil temuan ini patut disambut baik karena publik telah sadar risiko yang hadir bersama metode transaksi digital,” imbuhnya.



from Gizmologi https://ift.tt/3FXmlHK
via IFTTT