Jakarta, Gizmologi – Peneliti China memanfaatkan teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan untuk menciptakan robot jaksa pertama di dunia. Bahkan robot ini diklaim dapat mendakwa tersangka kriminal dan pelanggar hukum dengan tingkat akurasi hingga 97%.

Robot jaksa berbasis AI ini dikembangkan oleh tim peneliti dari laboratorium manajemen data dan pengetahuan besar Akademi Ilmu Pengetahuan China yang dipimpin oleh Profesor Shi Young. Dirinya mengklaim robot jaksa ini dapat menentukan kejahatan dan mengajukan tuduhan semata-mata berdasarkan deskripsi verbal tentang apa yang terjadi.

Melansir Mashable Asia, program jaksa AI ini telah berjalan di komputer desktop, dan dikembangkan dengan keadaan saat ini, setelah tim melatihnya sepanjang tahun 2015 dan 2020 menggunakan lebih dari 17.000 kasus kriminal yang berbeda. Bahkan saat ini, robot jaksa dapat menilai tersangka menggunakan 1.000 “sifat” yang berbeda dari dokumentasi kasus.

“Sistem tersebut dapat menggantikan jaksa dalam proses pengambilan keputusan sampai batas tertentu,” kata Profesor Shi Young, dalam sebuah makalah yang dikutip oleh media China.

Robot Jaksa Membantu sistem peradilan di China

AI Robot Jaksa

Meskipun terdengar cukup revolusioner secara keseluruhan, ini bukan pertama kalinya China menggunakan AI dalam sistem peradilannya. Pada tahun 2016, legislator China diperkenalkan ke System 206 – alat AI yang mampu mengevaluasi bukti dan kondisi penangkapan, serta menentukan seberapa berbahaya seorang tersangka bagi masyarakat umum.

Nantinya kehadiran jaksa AI baru ini dapat bekerja sama dengan System 206 dan mengisi celah kekosongan yang ditinggalkan oleh program sebelumnya, dalam hal penuntutan dan rekomendasi hukuman bagi kejahatan individu. Jika semuanya berjalan sesuai rencana, robot jaksa ini dapat membantu sistem peradilan dengan mengurangi kesalahan dan beban kerja dari jaksa manusia dalam menangani kasus-kasus yang lebih rumit.

“Sejauh ini, robot jaksa berbasi AI ini hanya memiliki peran terbatas karena “mereka tidak berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan untuk mengajukan tuntutan dan [menyarankan] hukuman,” kata Shi.

Kekhawatiran Hak Asasi Manusia

Robot Jaksa

Terlepas dari manfaat potensial yang mungkin diberikan sistem tersebut masih ada beberapa yang khawatir tentang membiarkan komputer untuk mendakwa orang dengan tindakan kejahatannya. Sistem hukum dan penuntutan di China hanya dipandang sebatas teknologi, sehingga dapat membatasi kebebasan berpendapat bagi warga.

“Akurasi 97 persen mungkin tinggi dari sudut pandang teknologi, tetapi akan selalu ada kemungkinan kesalahan,” kata seorang jaksa dari Guangzhou. “Siapa yang akan bertanggung jawab ketika itu terjadi? Jaksa, mesin, atau perancang algoritma?”

Kendati demikian, kehadiran teknologi terbaru menunjukkan adanya perbaikan dalam sistem hukum di China. Terlebih dengan kekhawatiran dari kelompok hak asasi tentang keadilan di ruang persidangan melalui perbedaan pendapat politik.

Juga mengingat bahwa salah satu kejahatan yang dipercayakan kepada robot termasuk “memprovokasi masalah” melalui perbedaan pendapat politik, ada juga kekhawatiran bahwa alat semacam itu dapat digunakan untuk menekan kebebasan berbicara dan membatasi kebebasan vokal bagi warga negara.



from Gizmologi https://ift.tt/31jhGAm
via IFTTT