Jakarta, Gizmologi – Konflik Rusia vs Ukraina membuat mayoritas aset kripto mengalami penurunan drastis, terlebih setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memulai operasi militer ke Ukraina. Dampak tensi perang yang begitu tinggi membuat pasar uang kripto dan saham global ambruk ke level terendahnya.

Melansir data dari Coindesk, harga Bitcoin (BTC) ambles 7,26% menjadi USD 35.000 per koin atau berkisar Rp530.937.188/koin. Disusul Ethereum ambruk 7,69% ke level US$ 2.418,09/koin (Rp 36.917.328/koin).

Secara keseluruhan kapitalisasi pasar uang kripto telah turun 8,25% menjadi ke angka USD 1,58 triliun. Volatilitas melonjak juga terjadi pada indeks keuangan global utama lainnya seperti S&P 500 (GSPC) dan Dow Jones Industrial Average (DJI) turun hampir 2% dalam satu jam terakhir.

Konflik Rusia vs Ukraina Buat Harga Kripto Ambyar

Konflik Rusia vs Ukraina

Makin memanasnya situasi geopolitik Rusia dengan Ukraina beserta negara barat masih menjadi penyebab harga kripto utama kembali berjatuhan pada hari ini. Padahal pada perdagangan kemarin, harga kripto sempat bangkit karena investor cenderung melupakan sejenak sentimen dari konflik Rusia-Ukraina.

Pencipta koin Ethereum Vitalik Buterin, turut mengungkapkan kekecewaannya atas aksi Putin. Dirinya menekankan stablecoin buatannya, ETH bersikap netral dan tidak terlibat dalam konflik Rusia serta Ukraina

“Sangat kecewa dengan keputusan Putin untuk mengabaikan kemungkinan solusi damai untuk perselisihan dengan Ukraina dan malah berperang. Ini adalah kejahatan terhadap rakyat Ukraina dan Rusia. Saya ingin mendoakan keamanan semua orang, meskipun saya tahu bahwa tidak akan ada keamanan. Kemuliaan bagi Ukraina,” begitu bunyi tweet dari Buterin.

Selain BTC dan ETH, penurunan besar juga terjadi di mayortas koin seperti BNB yang turun 11,3% menjadi USD 332 dalam 24 terakhir, dan turun 21,5% dalam seminggu terakhir.

Agresi Militer Rusia

Konflik Rusia vs Ukraina
Credit foto: Olga Tokariuk/Twitter

Seperti diketahui, pada Rabu malam waktu setempat, Presiden Rusia, Vladimir Putin berpidato dan disiarkan di televisi lokal. Di mana Putin mengatakan akan melakukan operasi militer di Ukraina timur.

Hal ini dilakukannya sebagai tanggapan atas ancaman yang datang dari Ukraina. Dia menambahkan bahwa Rusia tidak memiliki tujuan untuk menduduki negara itu. Putin mengatakan tanggung jawab atas pertumpahan darah terletak pada “rezim” Ukraina.

“Kami telah mengambil keputusan untuk melakukan operasi militer khusus,” kata Putin dalam pidatonya. Dia mengeklaim operasi militer itu ditujukan untuk “demiliterisasi dan denazifikasi” Ukraina. Ini merupakan tema propaganda pemerintah Rusia yang secara konsisten mengeklaim bahwa pemerintah Ukraina dikendalikan oleh sayap kanan.

Baca Juga: Efek The Fed: Harga Bitcoin Anjlok, Pasar Kripto Ikutan Rontok

Sayangnya di saat Putin sedang berpidato, terjadilah ledakan besar yang terdengar dari arah Kyiv, Kharkiv, dan daerah lainnya di Ukraina. Tim CNN di Kharkiv, bahkan melaporkan mendengar “aliran ledakan keras yang terus-menerus” di beberapa wilayah di Ukraina.

“Kami tidak bermaksud untuk menduduki Ukraina,” kata Putin. “Kepada siapa pun yang akan mempertimbangkan untuk ikut campur dari luar: jika Anda melakukannya, Anda akan menghadapi konsekuensi yang lebih besar daripada yang pernah Anda hadapi dalam sejarah. Semua keputusan yang relevan telah diambil. Saya harap Anda mendengar saya,” ujar Putin dalam pidatonya.

 



from Gizmologi https://ift.tt/lq3OgGz
via IFTTT