Jakarta, Gizmologi – Layanan konferensi video Zoom mengungkapkan pergeseran kultur bekerja yang tidak harus dilakukan dari kantor. Fleksibilitas ini kian menjadi pilihan baik bagi karyawan maupun perusahaan dan menjadikannya opsi bekerja hybrid.

“Kini, karyawan menginginkan opsi-opsi lain (selain bekerja dari kantor) yang membuat mereka produktif dan memiliki lingkungan kerja yang inklusif dan nyaman,” kata Kepala Zoom Video Communications di Asia Pasifik (APAC) Ricky Kapur, dalam keterangannya, Selasa (26/4).

Di wilayah Asia, khususnya, Kapur melihat adanya fenomena di mana banyak orang harus pulang-pergi kerja (commuting) dan memakan waktu lama di perjalanan. Pergeseran budaya bekerja ini semakin menyadarkan karyawan bahwa mereka pun memiliki pilihan dalam bekerja yang sesuai dengan kemampuan dan kondisi mereka masing-masing.

“Banyak orang di Asia melakukan commuting, dan bisa memakan waktu hingga 90 menit di setiap perjalanan mereka setiap hari. Itu adalah tantangan dalam produktivitas mereka,” kata Kapur.

Kehadiran layanan teknologi digital pun semakin mempermudah perusahaan untuk melihat kemungkinan akan fleksibilitas dalam bekerja. “Dan kini, rasanya banyak perusahaan yang menyadari hal tersebut dan memberikan mereka (karyawan) untuk memilih sendiri cara mereka untuk menjadi produktif termasuk bekerja di rumah, hibrida, dan lainnya,”

Strategi Zoom untuk Bekerja Hybrid

Bekerja Hybrid

Untuk mengakomodir hal tersebut, Zoom memiliki sejumlah strateginya untuk mendorong pertumbuhan perusahaan di kawasan Asia Pasifik. Di mana transformasi ini didorong oleh generasi baru digital native yang fleksible dan berkembang pesat, sebagai bagian dari transisi ke era hybrid.

“Dengan perluasan operasional dan tim kami di kawasan ini, kami berharap dapat terus memberikan inovasi lebih sering, membantu pengguna kami dalam memanfaatkan peluang baru, dan mengatasi tantangan dengan gesit dan aman,” imbuhnya.

Di sisi lain, Zoom juga memperluas kehadirannya di Asia Pasifik dengan pengangkatan pemimpin senior baru, yaitu Lucas Lu sebagai Head of Asia (ASEAN, South Korea, Hong Kong SAR, and Taiwan); Cathy Yum sebagai Head of Marketing, APAC; Gina Kuek sebagai APAC Leader, People Experience Business Partner. Selanjutnya ada Jacob Pereira sebagai Head of Partners, APAC; dan Raj Natarajan sebagai Head of Customer Success, APAC.

Untuk mengembangkan bisnis, platform telekonferensi ini juga mengumumkan peluncuran Zoom Up Partner Program, yang akan memperluas manfaat bagi mitra Zoom di Asia Pasifik dan memudahkan mereka untuk mengembangkan bisnis dengan Zoom. Termasuk dalam menciptakan dan mengembangkan bisnis mereka di platform Zoom lewat Zoom Developer Platform.

Bekerja Hybrid

Zoom juga ingin memajukan transformasi digital lewat keberhasilan pengguna. Secara regional, Zoom dipercaya oleh pengguna dalam berbagai industri. Mulai dari membentuk jalan menuju masa depan gaya bekerja, pendidikan dan acara, hingga mendorong transformasi hybrid dari sektor perbankan, kesehatan, dan ritel.

Selain layanan komunikasi video pada Zoom Meetings dan Zoom Webinars, Zoom menyadari munculnya permintaan kuat dari pengguna di Asia Pasifik akan produk-produk seperti Zoom Room, Zoom Phone, dan Zoom Events.

Pada FY22Q4, Zoom menutup kesepakatan terbesarnya di Asia Pasifik, dengan lebih dari 3.300 pengguna Zoom Room, untuk mendukung pekerjaan hybrid di seluruh kantor para pengguna. Beberapa di antaranya termasuk Facility Management Forum 2021, yang diselenggarakan oleh gugus tugas pemerintah Indonesia SKK Migas, dan Zoomtopia 2021, konferensi tahunan Zoom bagi para penggunanya.

Awal bulan ini, Zoom juga mengumumkan pusat teknologi baru di Chennai, India. Fasilitas ini menambah pusat teknologi Zoom yang sebelumnya sudah ada di Bangalore, India, dan 21 pusat data yang berlokasi di seluruh dunia, termasuk di Singapura, India, Australia, Jepang, dan Hong Kong, serta pusat penelitian dan pengembangan yang berbasis di Singapura.



from Gizmologi https://ift.tt/RQ1cbxA
via IFTTT