Jakarta, Gizmologi – Bank digital, Bank Neo Commerce (BNC) akan berfokus pada pengembangan fitur dan layanan digital untuk tahun 2022. Salah satunya dengan menghadirkan fitur layanan digital QRIS dan Corporate Internet Banking yang telah mendapatkan persetujuan OJK, sehingga dapat sejalan dengan masifnya perkembangan digitalisasi di Indonesia.

“Khusus untuk QRIS, fitur ini akan sepenuhnya siap diimplementasikan pada Juli yang akan datang,” jelas Direktur Utama Bank Neo Commerce, Tjandra Gunawan, dalam keterangannya, Selasa (24/5).

Kinerja BNC juga semakin membaik sejalan strategi bisnis yang dilakukan perseroan, yakni peningkatan jumlah nasabah yang kini mencapai 17 juta pengguna teregistrasi dalam satu tahun beroperasi. Hal itu sejalan dengan peningkatan volume transaksi yang signifikan sebesar 88 persen menjadi 76 juta transaksi dibandingkan kuartal sebelumnya.

Dalam laporan keuangan Kuartal I 2022, kinerja positif Perseroan di awal tahun 2022 ditunjukkan dengan berhasilnya BNC mencatatkan kenaikan Net Interest Income (NII) yang sangat signifikan atau naik sekitar 214,3 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2021 dari Rp 63 miliar menjadi Rp 198 miliar di Kuartal I 2022. Kenaikan juga terlihat dari pendapatan di Kuartal I 2022, yaitu sebesar Rp 448 miliar atau naik sekitar 204,8 persen dari periode sebelumnya yang sebesar Rp 147 miliar.

BNC juga mencatat kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK) yaitu sekitar 121,4 persen yoy dari Rp4,2 triliun di Kuartal I 2021 menjadi Rp9,3 triliun di Kuartal I 2022 atau mengalami pertumbuhan sebesar 14,7 persen dari Rp 8,1 triliun di Kuartal IV 2021 menjadi Rp 9,3 triliun di Kuartal I 2022. Hasil itu paling banyak ditempatkan dari deposito online melalui aplikasi neobank.

Layanan Digital QRIS BNC

Layanan Digital QRIS BNC

Di sisi lain, Direktur Utama BNC Tjandra Gunawan tengah mempertimbangkan kondisi perekonomian global dan imbasnya ke kondisi pasar saham di dalam negeri, BNC memutuskan untuk memundurkan jadwal pelaksanaan right issue yang rencana awalnya akan dilakukan triwulan II.

Ada beberapa risiko bagi perekonomian yang menjadi perhitungan pelaku bisnis di Indonesia, yang pertama perang Rusia dan Ukraina yang berkepanjangan, selain itu, kebijakan Fed yang lebih hawkish di suku bunga, di mana kenaikan suku bunga ini juga dapat memicu kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia dan bayang-bayang inflasi di Amerika dan dunia ikut mempengaruhi kenaikan inflasi di Indonesia.

Meski demikian, Tjandra tetap optimis keadaan perekonomian akan semakin membaik di semester dua tahun ini seiring dengan semakin terbukanya akses dan mobilitas masyarakat pasca-pandemi. BNC juga telah mengantisipasi dengan menerapkan strategi bisnis yang terukur untuk tetap menjadi yang terdepan di industri bank digital.

“Sustainable bisnis serta kekuatan inovasi dan kreativitas dalam menjawab kebutuhan pasar akan menjadi strategi kami dalam memanfaatkan momentum pertumbuhan positif yang kami miliki saat ini. Kami yakin right issue yang akan dijalankan di triwulan empat nanti akan terserap pasar dengan baik, dan membuat kami memiliki skala ekspansi usaha yang semakin bertumbuh dan semakin besar lagi,” jelas Tjandra.



from Gizmologi https://ift.tt/X45oF2x
via IFTTT