Jakarta, Gizmologi – Investasi aset kripto yang menyita perhatian masyarakat dalam beberapa tahun ini tengah memasuki fase yang disebut “Crypto Winter”. Hampir semua aset kripto, kecuali stable coin, mengalami penurunan.

Termasuk Bitcoin, sebagai kripto nomor satu, yang pernah mencatatkan rekor tertinggi hingga $69.044 atau kisaran Rp930 juta (kurs rupiah 14.500) pada 10 November 2021, mengalami penurunan menjadi Rp 306.118.074 saat artikel ini ditulis.

Timothius Martin, Chief Marketing Officer PINTU, mengatakan penurunan ini tidak hanya terjadi pada kripto, tapi juga di instrumen keuangan lainnya. Menurutnya, justru di tengah kondisi pasar saat ini, bisa menjadi refleksi untuk lebih mengenal lagi fundamental dari aset kripto. Perlu mengatur manajemen risiko dalam berinvestasi, dan juga menambah wawasan seputar aset crypto yang akan diinvestasikan.

“Penting bagi investor untuk mempersiapkan berbagai strategi investasi yang sesuai dengan toleransi risiko masing-masing, apalagi kita tahu bahwa jumlah investor aset crypto di Indonesia sangat besar, tentu para investor perlu cermat dan bijak dalam menginvestasikan uangnya,” ujarnya di Jakarta (8/7).

Dua tipe investor aset kripto dan masing-masin risikonya

Pintu Crypto Stablecoin

Berdasarkan data terbaru dari Kemendag, jumlah investor kripto di kuartal 2-2022 mencapai 14,1 juta atau terdapat rata-rata kenaikan jumlah investor sebesar lebih dari 750 ribu setiap bulannya.

Menurut Timo, dari belasan juta investor aset kripto di Indonesia, terdapat dua tipe investor yaitu short-term trader yang berinvestasi dalam jangka waktu yang pendek dan long-term investor yang harus tahan dalam volatilitas dan harus disiplin.

“Keduanya ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Jadi kita pahami profil risiko kita, setelah itu tentukan tipe investor seperti apa yang cocok sesuai profil kita. Kemudian kenali aset crypto yang akan kita investasikan seperti istilah umum dalam dunia investasi crypto yaitu Do Your Own Research (DYOR),” imbuhnya.

Ia menambahkan, salah satu riset yang bisa dilakukan seperti pelajari fundamental aset hingga kegunaan aset tersebut. Intinya adalah pilih aset yang memang benar-benar dipahami, jangan ikut-ikutan tanpa punya pemahaman dasar yang baik. Setelah mempersiapkan semuanya dengan baik, baru bisa mulai investasi, dan tentunya pilih platform investasi yang resmi terdaftar di Bappebti agar memberikan keamanan bagi investor.

“Memilih platform investasi menjadi langkah akhir setelah kita menentukan profil risiko, tujuan investasi, dan melakukan riset. Pastikan platform yang dipilih menjamin keamanan aset investasi, terdaftar resmi di Indonesia melalui Bappebti,” pungkasnya.



from Gizmologi https://ift.tt/Vu3mt64
via IFTTT