Bandung, Gizmologi – Tak hanya memberikan pelatihan web desain, Amazon Web Services (AWS) juga menggelar kompetisi Cloud Computing Club Competition (C4) yang diikuti siswa dari Sekolah Luar Biasa (SLB) dan Pramuka berkebutuhan khusus di Jawa Barat. Adapun karya web “Keetchen Space” berhasil meraih juara pertama dalam kompetisi ini.

Laman website “Keetchen Space” merupakan hasil karya Muhammad Muqit Gupay dan Sahrul Aripin siswa Sekolah Luar Biasa (SLBA) Citereup, Kota Cimahi, Jawa Barat. Meski memiliki keterbatasan fisik, keduanya berhasil berkarya melalui teknologi digital.

“Untuk Muqit mengalami tunadaksa atau cerebral palsy, sedangkan Sahrul ini low vision. Jadi kerjasama keduanya ini berhasil membuahkan ide untuk mengkonstruksikan pembuatan web dengan tema kuliner,” ujar Ifan Pratama guru pendamping Sahrul dan Muqit kepada awak media, Kamis (28/7).

Irfan menceritakan awal mula Muqit dan Sahrul memilih tema kuliner untuk desain web-nya. Bermula dari usaha keluarga Muqit, kedua siswa ini merancang Keetchen Space sebagai tautan menu yang terhubung dengan layanan pesan-antar makanan.

“Jadi untuk menyusun ide dan konstruksi web dikerjakan Sahrul karena low vision, sedangkan untuk tampilan Keetchen Space dikerjakan Muqit, yang memang hobi di dunia desain grafis. Bahkan sejak SMP sudah beberapa kali mendapatkan juara, meski kondisi tubuhnya yang tremor tapi semangatnya untuk mengikuti pelatihan ini bisa berjalan dengan baik,” tutur Irfan.

Dalam kompetisi ini, AWS menggandeng yayasan Sagasita untuk membimbing dan melatih para guru dan pendamping siswa berkebutuhan khusus. Selama dua bulan, Sagasitas membantu dalam menyebarkan handout materi serta memberikan pelatihan intensif para peserta AWS Laptop for Builders.

Baca Juga: Kembangkan Talenta Digital, AWS Beri Pelatihan Desain Web Bagi Puluhan Siswa SLB & Pramuka

Keetchen Space Kreasi Siswa Berkebutuhan Khusus

Siswa SLB Citereup 1
Juara 1 AWS Laptop for Builders

Ketua Umum Yayasan Sagasita Zainal Abidin mengatakan, antusiasme para peserta didik dan juga guru pendamping membuktikan bahwa siswa tunanetra juga mampu menghasilkan karya sama baiknya dengan siswa pada umumnya.

“Terkadang, kita menafikkan potensi yang dimiliki oleh anak-anak disabilitas. Tapi ternyata mereka juga bisa memiliki keterampilan digital dan mampu melahirkan kreasi-kreasi yang luar biasa.”

Dalam kesempatan yang sama, Gunawan Susanto selaku Country Manager AWS Indonesia meyakini,
bahwa anak-anak berkebutuhan khusus juga berhak atas pendidikan teknologi yang setara. Ia percaya, pendidikan teknologi merupakan kunci bagi mereka untuk bekerja, berkarya, dan meniti masa depan yang lebih baik.

“Hasil karya mereka yang kita saksikan merupakan bukti bahwa anak-anak berkebutuhan khusus seyogyanya memiliki kemampuan dan kegigihan yang sama dengan anak-anak lain,” katanya.

Gunawan mengatakan, pihaknya berkomitmen penuh untuk menciptakan ekosistem pendidikan teknologi yang sungguh-sungguh inklusif dan mampu memberdayakan semua lapisan masyarakat, termasuk anak-anak berkebutuhan khusus.

Tahun ini, AWS memperluas jangkauan Program Laptops for Builders kepada para siswa penyandang disabilitas di sekolah berkebutuhan khusus yang ada di Jawa Barat dan Bali, serta gerakan Pramuka di Jawa Barat, Bali dan DKI Jakarta. Materi yang diberikan meliputi desain web, pengembangan konten dan dasar-dasar cloud computing.



from Gizmologi https://ift.tt/YrDty2m
via IFTTT