Tanah Datar, Gizmologi – Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga menguraikan masa depan aset kripto di Indonesia yang sangat potensial meningkat dan berdampak pada perekonomian nasiona. Hal ini terlihat tidak hanya dari meningkatnya jumlah investor kripto di Indonesia dan nilai transaksi dari waktu ke waktu, namun juga dari semakin bertambahnya platform untuk investasi aset kripto.

Jerry di sela-sela kuliah umum di UIN Mahmud Yunus Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat (28/6) mengatakan aset kripto di Indonesia mengalami lonjakan luar biasa. Per 2020, nilai transaksi aset kripto sebesar Rp64,9 triliun. Satu tahun kemudian, per Desember 2021, angkanya melonjak sangat signifikan menjadi Rp859,4 triliun.

“Karena pesatnya perkembangan tersebut, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) telah menyiapkan infrastruktur yang esensial, seperti bursa kripto, lembaga kliring, dan pengelola tempat penyimpanan aset kripto (depository) untuk mendukung ekosistem perdagangan fisik aset kripto Indonesia, khususnya yang memberikan kepastian dan kenyamanan bagi konsumen” ujar Jerry.

Di samping itu, ia juga selalu tegas mengingatkan bahwa kripto di Indonesia adalah sebuah aset atau komoditas, dan bukan alat pembayaran yang sah secara peraturan perundang- undangan.

Baca juga: Luncurkan Aset Kripto, Ajaib Jadikan NFT Bored Ape sebagai Maskot Digital

Jumlah investor kripto di Indonesia 2022

Jerry Sambuaga Wamendag
Wakil Menteri Perdagangan, Jerry Sambuaga menjadi pembicara pada Konferensi Crypto 2022 & Beyond Block Jakarta Series (30/6)

Politisi dari Partai Golkar tersebut mengambahkan, dengan adanya kecanggihan teknologi dan keterbukanan informasi, animo jumlah investor kripto di Indonesia sebagai salah satu aset atau alternatif atas instrumen investasi konvensional akan semakin tinggi di waktu mendatang.

“Jumlah nasabah aset kripto telah mencapai 14,1 juta pada bulan lalu. Sementara itu, investor
saham tercatat hanya 8,86 juta,” ungkapnya.

Secara khusus, ia menyampaikan pentingnya memahami aset kripto, baik dalam rangka mengkaji maupun melengkapi diri sebelum berinvestasi.

“Demografi investor kripto didominasi kelompok usia 18–24 tahun, yaitu 32 persen; kelompok 25– 30 tahun 30 persen; dan kelompok 31–35 tahun 16 persen. Berdasarkan kelompok profesi, persentasi karyawan swasta mendominasi sebesar 28 persen, wiraswasta 23 persen, dan pelajar/mahasiswa 18 persen,” imbuhnya.

Masyarakat perlu perhatikan hal ini sebelum investasi di kripto

NOBI Aplikasi Kripto All-in-One


Terkait tren investasi yang semakin meluas di masyarakat dengan jumlah investor kripto di Indonesia meningkat, Wamendag juga mengingatkan agar masyarakat perlu memperhatikan beberapa hal dalam melakukan investasi secara aman.

Pertama, sebelum memutuskan untuk bertransaksi aset kripto, setiap orang harus memastikan paham benar apa itu aset kripto dan mekanisme perdagangannya.

Kedua, berinvestasi di calon pedagang aset kripto yang memiliki tanda daftar dari Bappebti. Ketiga, menginvestasikan dana untuk jenis aset kripto yang telah diatur Bappebti.

Ketiga, calon investor juga perlu memastikan dana yang digunakan adalah dana lebih yang dihasilkan secara legal dan bukan dana yang digunakan kebutuhan sehari-hari.

“Investor harus mempelajari risiko yang mungkin timbul dan perkembangan harga aset kripto yang terjadi, karena harga yang fluktuatif. Selain itu, investor harus pantang percaya dengan janji-janji keuntungan tetap/tinggi,” tegasnya.

Sejauh ini, Bappebti mencatat lima pedagang fisik aset kripto dengan nilai transaksi tertinggi pada Januari–Mei 2022, yaitu PT Aset Digital Berkat-Tokocrypto, PT Indodax Nasional Indonesia- Indodax, PT Pintu Kemana Saja-Pintu, PT Rekeningku Dotcom Indonesia-Rekeningku, dan PT Zipmex Exchange Indonesia-Zipmex. Adapun lima jenis aset kripto dengan nilai transaksi tertinggi, yaitu Tether (Rp42,3 triliun), Bitcoin (Rp 18,5 triliun), Ethereum (Rp14,2 triliun), Doge Coin (Rp6,8 triliun), dan Terra (Rp6 triliun).



from Gizmologi https://ift.tt/lK35eD4
via IFTTT