Jakarta, Gizmologi – Laporan terbaru dari Google Trends 2022 menunjukkan terdapat perubahan perilaku masyarakat saat berbelanja, orang Indonesia semakin memperhatikan faktor biaya, hingga kepercayaan terhadap sebuah merek. Tak jarang banyak dari mereka yang juga melakukan pencarian terkait QRIS maupun Financial Freedom di Google.

“Sangat menarik untuk diperhatikan bahwa laporan tahun ini mencatat banyak sekali momen yang bisa dijadikan perenungan mendalam,” ungkap Kepala Pemasaran Iklan Google Indonesia Yolanda Sastra dalam siaran resmi, Senin (20/2/2023).

Menurut laporan Google Year in Search 2022, kini masyarakat banyak mencari nilai dan pengetahuan ketika berbelanja. Misalnya penelusuran untuk kata kunci “QRIS” naik 50 persen secara year-over-year (YoY).

Hal itu terjadi seiring dengan pelafalan QRIS atau QR Indonesian standard yang dibuat oleh Bank Indonesia (BI) untuk transaksi non-tunai. Di mana banyak dari masyarakat Indonesia menyebut QRIS jadi ‘kiyuris’, ‘kiris’ atau Oris. Terkait penyebutan QRIS.

“Pengucapan QRIS yang benar adalah ‘KRIS’ bukan kiyuris, kiris atau Oris ya,” ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam kampanyenya untuk penyebutan secara benar QRIS.

Google juga mencatat tren untuk pembayaran non-tunai masih berlanjut hingga 2022, terbukti penelusuran untuk “dompet digital” naik 20 persen YoY dan “digital banking” naik 30 persen YoY. “Bila bandingkan dengan sebelumnya” semakin banyak masyarakat yang bertransaksi secara digital.

Laporan Pencarian Google Trends 2022 di Indonesia

Google Trends 2022

Selain semakin cermat dalam berbelanja, data Google Trends di periode September 2021-September 2022, Desember 2021-Desember 2022 juga menyoroti sejumlah tren menarik lainnya. Dalam laporan tersebut, ditunjukkan pula bahwa penelusuran untuk “remote work” (pekerjaan dari jarak jauh) naik 60 persen YoY, sementara 42 persen responden survei mengatakan bahwa mereka akan menolak pekerjaan jika mereka tidak dapat bekerja dari rumah.

Di sisi lain, penelusuran untuk “financial freedom” (kebebasan finanansial) naik 50 persen YoY, sementara penelusuran untuk “work life balance” (keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi) naik 100 persen YoY. Penelusuran untuk “side hustle” (pekerjaan sampingan) berdasarkan Google Year in Search 2022 naik 50 persen YoY, sementara penelusuran untuk “hybrid learning” (pembelajaran hybrid) naik 200 persen YoY.

“Mengingat hal yang telah kita lalui selama beberapa tahun terakhir, dapat dimengerti jika orang-orang lebih reflektif dan memikirkan masa depan,” kata Yolanda menerangkan.

Seperti yang dicatat dalam laporan tahun lalu, orang Indonesia juga menjadi lebih sadar lingkungan. Terbukti dengan penelusuran untuk “kendaraan listrik” naik 80 persen YoY. Lalu, penelusuran untuk “keberlanjutan” naik 60 persen YoY. Tak hanya itu, penelusuran untuk “jejak karbon” naik 50 persen YoY dan penelusuran untuk “sampah makanan” pun naik 40 persen YoY.

Baca Juga: Google Trends Catat Penelusuran Gempa Cianjur Naik 1.300% dalam Sepekan

Bahkan penelusuran unik yang dicari masyarakat Indonesia untuk “pijat terdekat” naik 70 persen YoY, sementara minat penelusuran untuk “Omakase” naik 100 persen YoY.

Pengguna di Indonesia juga mencari kata “glamping”, yang menunjukkan ketertarikan masyarakat untuk berlibur. Hal itu seiring dengan pelonggaran pembatasan dari pemerintah, masyarakat Indonesia semakin bersemangat untuk kembali bepergian serta merencanakan perjalanan wisata.

Yang lebih menarik lagi, masyarakat juga mencari yang cara baru dan berarti untuk merasakan tempat liburan terbaik. Banyak masyarakat yang mulai merencanakan liburan mereka dengan aktivitas baru dan bermakna, baik untuk memenuhi bucket list atau pun sebagai self reward atau self development.

Artikel berjudul Laporan Google Trends 2022 dari QRIS hingga Financial Freedom yang ditulis oleh Aditya Fajar pertama kali tampil di Gizmologi



from Gizmologi https://ift.tt/7jhqeUu
via IFTTT