Jakarta, Gizmologi – Penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) kian banyak dimanfaatkan oleh rumah tangga di Indonesia. Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) mencatat angka pertumbuhan solar panel yang telah digunakan mencapai 486,49% dalam tiga tahun terakhir.

Wakil Ketua Umum AESI Athony Utomo mengatakan pertumbuhan yang hampir lima kali lipat itu mengindikasikan tingginya minat masyarakat terhadap penggunaan energi bersih.

“Tahun 2018 sekitar 500 pengguna, sekarang naiknya 486% hanya dalam kurung waktu tiga tahun. Itu pertumbuhan yang luar biasa,” kata Anthony, seperti dikutip dari Antara, Kamis (29/7/2021).

Hingga Maret 2021, total jumlah pelanggan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap tercatat sebanyak 3.472 rumah tangga dengan total kapasitas daya listrik yang dihasilkan mencapai 26,51 megawatt peak (MWp).

Jawa Barat menjadi wilayah dengan pemanfaatan PLTS atap terbesar di Indonesia yang bisa menghasilkan listrik 6,17 MWp. Disusul DKI Jakarta sebesar 5,87 MWp, kemudian Jawa Tengah dan Yogyakarta sebesar 5,31 MWp.

Anthony mengungkapkan bahwa penerbitan Peraturan Menteri ESDM Nomor 49 Tahun 2018 tentang penggunaan sistem PLTS atap oleh konsumen PLN menjadi booster yang mendorong peningkatan signifikan dari penggunaan solar sel di Indonesia. Sebanding dengan pertumbuhan gross domestic product (GDP) atau produk domesik bruto nasional.

“Dan itu akibat peraturan menteri ESDM tahun 2018. Jadi, tidak hanya industri, seluruh pengguna, sepanjang dia pascabayar, itu bisa menggunakan PLTS dan menyambungkan untuk mendapatkan net metering,” ungkapnya.

Solar Sel
Biaya Penggunaan Solar Panel

Meningkatnya jumlah pengguna solar panel, diiringi dengan harga dari mesin pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap yang semakin murah. Teknologi yang semakin efisien membuat harga jual solar sel kian ekonomis dan terjangkau oleh masyarakat.

“Solar sel ini tentu jadi aset karena kita bayar sekali saja. Kalau pun dicicil hanya Rp13 ribu, bisa dapat aset yang menghasilkan (listrik) sampai 30 tahun mendatang,” jelasnya.

Dijelaskannya, biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan 2,0 kilowatt peak (kWp) dari PLTS atap berkisar Rp25 jutaan. Meski begitu, kata Anthony saat ini banyak koperasi yang mulai menyediakan cicilan sampai lima tahun untuk pemakaian solar sel.

Bahkan menurutnya, pemasangan PLTS atap dapat menurunkan radiasi matahari ke dalam rumah hingga dapat menekan biaya penggunaan listrik PLN untuk pendingin ruangan. AESI juga mendorong akselerasi net metering dari 65 persen menjadi 100 persen agar semakin banyak yang merasakan manfaat penurunan biaya tagihan listrik.

 



from Gizmologi https://ift.tt/378fQlm
via IFTTT