Jakarta, Gizmologi – Sepanjang tahun 2021, telah banyak bermunculan unit bisnis skala kecil seperti UMKM hingga skala yang lebih besar, berkat adanya pandemi COVID-19 yang hadir dan membuat masyarakat melakukan penyesuaian. Namun yang perlu diketahui, membangun bisnis tak hanya memerlukan modal serta niat usaha saja.
Agar bisa tetap bertahan dan berkembang hingga waktu yang lama, pemilik atau pendiri sebuah bisnis perlu memikirkan tujuan jangka panjang yang ingin dituju, atau brand purpose. Hal tersebut perlu dimiliki sebagai salah satu fondasi utama dalam membangun bisnis. Dengan begitu, bisnis tidak akan ramai dalam waktu sejenak ketika mengikuti tren yang sedang ada dalam waktu tertentu.
Untuk itu, ShopeePay Talk kembali mengadakan obrolan topik ringan dan insightful di penghujung tahun 2021. Bersama tida pakar sekaligus pemilik bisnis, didiskusikan strategi yang diperlukan dalam membangun brand purpose. Sehingga pemilik bisnis bisa lebih memastikan agar bisnisnya dapat berkelangsungan, termasuk berikan dampak positif hingga ciptakan pelanggan loyal.
Baca juga: Penting untuk Pengembangan Bisnis, Ini 3 Tipe Riset yang Perlu Dilakukan
Menurut Eka Nilam Dari, Head of Strategic Merchant Acquisition, ShopeePay, persaingan bisnis dalam meraih perhatian konsumen semakin ketat di era digital. Salah satu hal penting yang dapat mempengaruhi cara pandang dari konsumen adalah konsistensi bisnis dalam wujudkan brand purpose. Di mana yang memiliki makna dan membawa perubahan bakal dilirik hingga jangka panjang.
Menentukan Solusi Kehadiran Sebuah Bisnis
Tak hanya fokus hasilkan profit, tujuan akhir dari brand purpose adalah bagaimana sebuah bisnis dapat mengemban tujuan mulia, supaya berikan dampak positif terhadap masyarakat. Sehingga penting untuk merumuskan tujuan yang ingin dicapai, agar tidak kehilangan nilai relevansi seiring berjalannya waktu saat bisnis sedang berlangsung.
Hadir pada kesempatan yang sama, Audrey Maximilian Herli selaku co-founder & CEO dari RIliv, memaparkan bila kunci utamanya yakni fokus terhadap masalah yang ada, alias tak sekadar ikuti tren. Riliv sendiri dibangun untuk melawan stigma negatif terkait isu Kesehatan mental, berikan solusi yang dibutuhkan masyarakat, supaya bisa menjadi lebih sustainable.
“Itulah mengapa sejak awal berdiri, Riliv selalu berupaya memegang teguh brand purpose kami untuk terus melawan stigma negative tentang kesehatan mental di Indonesia,” tambah Audrey dalam sebuah sesi virtual yang diadakan Jumat (17/12). Ia berharap bisnisnya bisa menjadi tempat aman bagi masyarakat yang membutuhkan pertolongan terkait isu kesehatan mental.
Jalin Hubungan Emosional dengan Pelanggan
Selain tujuan utama sebuah bisnis, hal kedua yang perlu diperhatikan adalah bagaimana bisnis tersebut membangun ikatan emosional dengan para target audiensnya. Brand purpose bisa dikaitkan dengan sisi emosional, seperti yang dilakukan oleh bisnis kecantikan Mad for Makeup. Shirley Oslan selaku co-founder mengatakan bila ia ingin merangkul perempuan Indonesia untuk lebih menerima dan mencintai diri sendiri.
Mad for Makeup menghadirkan produk make-up yang sehat bagi kulit, mudah digunakan sehari-hari dan harga terjangkau. “Sejak awal, kami berusaha untuk tampil beda dengan menyuarakan brand purpose yang otentik dan menyasar sisi emosional maupun personal para target audiens kami,” tambahnya. Sehingga diharapkan dapat membangun hubungan lebih personal dan meningkatkan loyalitas dari konsumen.
Menutup acara, Wendy Pratama selaku founder & CEO dari Lingkaran menambahkan bila kehadiran brand purpose menjadi bagian esensial yang tak dapat disamakan dengan strategi marketing atau slogan bisnis. “Walaupun bisnis tersebut pivot, pergantian produk maupun jasa, harus berupaya mewujudkan janjinya sehingga bisnis tersebut dapat memberikan dampak nyata bagi kehidupan masyarakat,” tutupnya.
from Gizmologi https://ift.tt/3e9CI7i
via IFTTT
0 Komentar