Every year, a young boy is chosen to defeat the King of the Mountain.” Frasa pembuka untuk memulai game petualangan Dungeons of Dreadrock, benar-benar membawa saya mampu bertahan untuk memainkannya level demi level.

Petulangan karakter utama kita dimulai di mulut gua, setelah menemani saudaranya masuk ke dalam Dead King’s Gate. Dirinya pun tidak sabar untuk menanti kabar dan akhirnya memutuskan menyusul. Berbagai ketakutan muncul ke permukaan. Tapi rasa sayang yang besar membuat semuanya jadi terasa meyakinkan.

Perjalanan menuju dasar singgasana Dead King tidaklah mudah. Setiap level ruangan memiliki tantangannya sendiri. Kebanyakan berisi puzzle yang harus dipecahkan. Sementara di beberapa level, kita akan menghadapi makhluk mengerikan seperti Ogre sampai Dark Elves.

Meski baru hadir di awal Maret 2022 untuk platform Android, iOS, serta Windows lewat apikasi Steam, game ini langsung banyak diunduh penggemar game klasik berkonsep kastil. Dungeons of Dreadrock sendiri memang mengambil ide serupa oldschool first-person grid-based real-time seperti Dungeon Crawlers. Menggunakan perspektif top-down, sehingga seluruh bagian ruangan dapat terlihat.

Dibuat oleh Prof. Dr. Christoph Minnameier, game ini sudah mendapat nilai 83 di situ metacritics. Dibarengi dengan beragam komentar di beberapa platform yang menyediakan layanan unduh. Bahkan ada yang berpendapat bahwa inilah hidden gem, permata tersembunyi, yang hadir di tengah serbuan game multiplayer saat ini.

Untuk itulah saya merasa perlu mengupas satu per satu bagian dari game ini dalam ulasan tersendiri.

User Interface

Dungeons of Dreadrock

Dungeons of Dreadrock hadir dengan konsep single player layaknya game klasik era 90an. Maka sajian antarmuka dalam game ini pun selaras dengan konsep yang diusung. Kita tidak akan menemukan pilihan menu berisi item atau aksesoris untuk upgrade karakter. Atau bahkan lobi online agar dapat terhubung dengan pemain lain.

Kita dapat langsung memainkan game ini dan mengikuti ceritanya dari tiap level yang disediakan. Total ada 100 level, sesuai jumlah ruang kastil yang harus dilalui sebelum akhirnya bertemu Dead King.

Di awal permainan, tersedia menu yang berisi pengaturan, menyimpan game, tawaran full version, dan keluar dari game. Menu yang sama juga ditemukan dalam permainan, dengan tambahan tombol reset di bagian kiri atas. Sementara itu item yang didapat akan tampak pada sisi layar utama. Sesederhana itu.

Antarmuka sederhana memudahkan model pemain veteran, casual, maupun yang baru pertama kali memainkan game semacam ini untuk cepat-cepat menguasai game dan fokus pada jalan ceritanya.

Graphics Visual

Dungeons of Dreadrock

Visualisasi Dungeons of Dreadrock hadir dalam format 2 dimensi. Mengingatkan kita pada game klasik di awal 90an. Mengambil perspektif top-down, pemain dapat leluasa untuk melihat berbagai hal yang ada pada ruangan di tiap level berbeda. Hanya saja desain karakter utama, musuh, maupun item di dalam game tetap hadir dengan keunikan sendiri. Tiap desain memiliki ciri khas yang semakin lama dilihat membuat kita memahami tiap karakter di dalamnya.

Bagi yang terbiasa dengan desain visual memukau mungkin akan sulit mulai menyukai game ini. Namun seiring perjalanan waktu, ketika setiap level dapat diselesaikan, serta semakin dekatnya dengan ruangan Dead King, maka potensi untuk jatuh cinta pun dapat tumbuh.

Apalagi dalam sajian visualnya, developer tidak menghabiskan keseluruhan dimensi layar smartphone. Developer membagi layar permainan, menu, dan item dalam proporsi yang pas. Menyisakan warna hitam sebagai bingkai virtual sehingga pemain dapat fokus pada ruangan di dalam game.

Baca juga: Review Game Pokémon UNITE: Punya Potensi Jadi MOBA Terbaik

Gameplay Dungeons of Dreadrock

Dungeons of Dreadrock

Boleh dikatakan bahwa cerita dan puzzle dari Dungeons of Dreadrock-lah yang menjadi kekuatan utama. Petualangan tentang usaha untuk menyelamatkan saudaranya dari cengkraman tangan jahat. Progres yang perlahan tapi pasti mengungkap misteri dari Dead King dan para pengikutnya. Serta rahasia dalam kastil sehingga membuat rasa penasaran terus terjaga hingga akhir.

Ditambah lagi dengan deretan puzzle yang tersusun rapi, dengan tingkat kesulitan terus bertambah. Nyaris tidak ada repetisi teka-teki dalam perjalanan di tiap levelnya. Justru kombinasi kesulitan dari level sebelumnya dipadukan permasalahan baru di level berbeda. Semakin menambah rasa frustasi, yang juga memberi rasa puas saat berhasil menyelesaikan satu level.

Terkadang kita perlu kembali ke level sebelumnya untuk dapat menyelesaikan level berbeda. Dan di ujung keputusasaan masih ada menu hint, untuk membantu menyelesaikan persoalan di tiap level. Soal menu hint, tidak serta merta hadir ketika permainan dimulai. Kita dapat mengatur kemunculan menu ini selepas durasi yang ditentukan. Untuk pemain idealis, tentu memilih menu hint ibarat jalan pecundang yang harus dihindari.

Selain puzzle, game ini tetap menawarkan aksi penuh darah. Bahkan darah musuh yang terbunuh dapat tertinggal pada jejak langkah kita. Tidak banyak aksi yang ditawarkan, tapi sudah cukup dan sesuai dengan kebutuhan cerita itu sendiri.

Control

Dungeons of Dreadrock

Pertama kali memainkan Dungeons of Dreadrock bisa jadi kita akan merasa canggung dengan konsep kontrol yang ditawarkan. Sebab meskipun hanya perlu gerak jari untuk swipe ke empat arah gerak, namun dibutuhkan gerak presisi agar tidak terbunuh musuh atau terkena jebakan dalam kastil.

Semakin lama dimainkan membuat jemari kita lebih terbiasa untuk mengontrol permainan. Bukan hanya soal gerak karakter, tapi juga ketika menggunakan senjata dan menyelesaikan puzzle dalam game. Selain itu, tidak ada hal istimewa dalam kontrol di game ini.

Monetization

Dungeons of Dreadrock

Urusan monetization Dungeons of Dreadrock terasa sederhana saja, yakni membebaskan game dari iklan. Menariknya, developer menempatkan iklan-iklan tersebut di jeda antar level. Awalnya terasa biasa saja, sebab iklan hanya muncul tiap lima level dilewati. Namun selepas level 20 (atau 30), hampir setiap perpindahan level akan ditemukan iklan dalam durasi sekitar 30 detik. Kemunculan iklan semakin menyiksa ketika kita perlu mondar-mandir di antara dua level yang saling berhubungan.

Biaya menebus game dari iklan cukup membayar Rp34.000,- di Android. Sedangkan pembelian di Steam dapat langsung ditebus seharga Rp24.999,- untuk full game. Kemahalan? Rasanya tidak. Harga tersebut terasa pas dan sesuai dengan game dengan potensi nagih seperti Dungeons of Dreadrock ini.

Secara keseluruhan game Dungeons of Dreadrock merupakan game yang solid dalam eksekusi puzzle di tiap levelnya. Ceritanya, meski dibangun perlahan tetap memberi gambaran utuh tentang dilema yang dialami karakter utama untuk membebaskan saudaranya. Nuansa gelap kastil Dead King dan anak buahnya juga berhasil dibangun secara apik.

*Dungeons of Dreadrock dimainkan dengan smartphone Realme 6 Pro.

Spesifikasi Dungeons of Dreadrock

Publisher: Christoph Minnameier
Developer: Christoph Minnameier
Platform: Android, iOS, Windows (Steam)
Download: Google, Steam
Genre: Puzzle/ Action
Harga: Free/In-Game Purchases



from Gizmologi https://ift.tt/jYboaVy
via IFTTT