Jakarta, Gizmologi – Serangan siber yang terjadi baik di Indonesia kerap kali bermotif finansial. Bahkan dampak kerugian akibat serangan siber global diperkirakan mencapai 2 Kuintiliun Dolar AS di awal 2022.

Keith Douglas Trippie, Senior Cyber Security and Data Privacy Advisor dari perusahaan penyedia jasa konsultasi SecLab BDO Indonesia menyebut serangan siber kerap mengincar institusi perbankan.

“Meningkat jauh dari 400 Miliar Dolar AS di tahun 2015, dan kerugian dari ransomware saja bisa mencapai 265 Miliar Dolar AS di tahun 2031,” papar Keith dalam keterangannya, Jumat (30/9/2022).

Meski demikian, pesatnya perkembangan teknologi, membuat kejahatan siber lebih gencar dan cepat dibanding berbagai perbaikan. Di Indonesia pengguna teknologi internet telah mencapai 64% dari total jumlah penduduk, atau sekitar 175,4 juta jiwa.

Jumlah pengguna internet ini mengalami pertumbuhan sebesar 17 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Hal ini menjadikan masyarakat Indonesia beradaptasi lebih cepat menggunakan teknologi internet untuk berbagai macam transaksi, baik untuk kepentingan bisnis dan transaksi elektronik.

Salah satu masalah paling mendasar dan tidak disadari oleh pengguna saat bertransaksi elektronik adalah masalah keamanan sistem informasi dan perlindungan terhadap data pribadi. Berbagai faktor berkontribusi di dalam besarnya tingkat ketidakpercayaan pengguna internet dalam transaksi e-commerce, salah satu penyebab tertinggi adalah kejahatan siber.

Baca Juga: Hati-Hati Ada Ransomware Berbahaya yang Disembunyikan Hacker di Genshin Impact

Edukasi Buat Minimalisir Serangan Ransomware

Ransomware

“Sudah saatnya perusahaan di Indonesia memperkokoh ketahanan sibernya di tahun ini, dan mempersenjatai diri dengan framework keamanan siber yang jelas agar tidak menjadi korban berikutnya,” paparnya.

Di sisi lain, Indonesia juga mengalami kekurangan tenaga ahli keamanan siber. Survei yang dilakukan oleh SecLab BDO Indonesia terhadap talenta TI di Indonesia, mengungkap bahwa 9 dari 10 lulusan teknologi memilih untuk menjadi developer perangkat lunak, dan hanya 1 dari 10 yang berminat untuk mendalami keamanan siber.

Kurangnya tenaga ahli ini, dipadukan dengan wawasan masyarakat awam yang rendah mengenai keamanan siber pribadi, membuat Indonesia menjadi sasaran empuk bagi para hacker yang berniat jahat.

“Salah satu akar masalahnya adalah ketersediaan tenaga ahli. Inilah mengapa BDO berkomitmen untuk mengembangkan talenta di bidang keamanan siber dan juga berkolaborasi dengan banyak pihak.”

Dalam membangun talenta tenaga ahli keamanan siber, SecLab BDO Indonesia melakukan pelatihan, seminar, dan juga program kolaborasi, contohnya Wreck It, sebuah kompetisi hacking kasus-kasus keamanan yang real, berkolaborasi dengan BSSN, dengan tujuan untuk mencari bakat-bakat baru dalam bidang keamanan digital.



from Gizmologi https://ift.tt/Sctfk7i
via IFTTT