Jakarta, Gizmologi – Platform ChatGPT yang dikembangkan Open AI jadi topik perbincangan hangat warganet, mengingat kemampuannya bisa mereplika dan membuat karya secara digital. Sayangnya kemampuan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence/AI punya pro dan kontra bagi sejumlah pihak.

Pakar bidang teknologi Yudho Giri Sucahyo menilai bahwa teknologi AI tidak akan dapat menggantikan produk kreatif manusia. Meskipun ChatGPT mampu menulis apa pun, termasuk novel sekalipun, sebab ada perbedaan dalam menggunakan daya kreativitas.

“Saya meyakini bahwa secanggih apa pun, meskipun nanti (ChatGPT) tetap lebih bagus dari yang sekarang, tetapi AI itu tidak akan bisa menggantikan produk kreatif manusia,” kata Yudho yang merupakan dosen dan peneliti di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, seperti dikutip dari Antara, Selasa (31/1/2023).

Yudho menjelaskan bahwa ChatGPT menggabungkan AI dengan natural language processing (NLP) sehingga seakan-akan pengguna berdialog dengan manusia. Dengan kemampuan yang semakin luar biasa, kata Yudho, ChatGPT memang pada akhirnya membantu siapa pun yang membutuhkan informasi untuk kepentingan produk pengetahuannya.

“Salah satu kelebihan dari ChatGPT adalah ketika kita bertanya sesuatu, mungkin pada saat awal kalau memang tidak ada datanya, ChatGPT itu juga nggak bisa jawab. Tetapi ketika kita bertanya sesuatu itu polanya sudah masuk, di kesempatan berikutnya ChatGPT akan juga berdialog dengan para sumber informasi yang lain,” jelas dia.

Baca Juga:Akuisisi 49% Saham ChatGPT, Microsoft Mau Adopsi OpenAi

Teknologi AI di ChatGPT

platform ChatGPT

Menurut dia, kehadiran ChatGPT perlu dilihat sebagai alat bantu bagi manusia, bukan malah disalahgunakan sebagai jalan pintas untuk mengakali tugas bagi mahasiswa maupun mengakali pekerjaan bagi karyawan. “Kalau saya kemudian menulis paper atau menulis buku dengan sesimpel saya nanya ChatGPT, (lalu) copy-paste, ya nggak benar juga. Kalau begini kan artinya kejujuran akademiknya juga tidak bisa dipertanggungjawabkan.”

Yudho mengatakan ChatGPT bermanfaat karena dapat memberikan informasi dengan bahasa yang lebih mudah dipahami. Ketika seseorang telah mendapatkan informasi tersebut, Yudho mengingatkan untuk tetap melakukan penggabungan informasi dari sumber lain dan mengecek kembali kebenarannya.

Terkait dengan dunia pendidikan, beberapa sekolah dan universitas di Amerika Serikat melarang ChatGPT karena khawatir disalahgunakan mahasiswa. Konsorsium universitas di Australia juga memiliki kekhawatiran yang serupa. Lembaga pendidikan mungkin bisa menerapkan kebijakan untuk kembali ke medium kertas dan pena, bahkan menerapkan ujian secara lisan.

“Tanggung jawab sebagai dosen atau guru adalah melakukan transfer pengetahuan dari apa yang ada di dia, entah itu berupa pengalaman pengajar tersebut atau berupa textbook, supaya siswa atau mahasiswa menjadi lebih pintar,” kata Yudho.

Artikel berjudul ChatGPT Tak Bisa Gantikan Produk Hasil Kreativitas Manusia yang ditulis oleh Aditya Fajar pertama kali tampil di Gizmologi



from Gizmologi https://ift.tt/QwqeWdm
via IFTTT