Jakarta, Gizmologi – Industri e-commerce di Indonesia masih seksi. Meski JD.ID baru saja mengabarkan akan tutup, lahir layanan e-commerce baru di Indonesia. Adalah Plugo, platform e-commerce berbasis di Jakarta yang baru saja meraih pendanaan USD 9 juta Desember 2022 lalu. Hari ini (1/2), mereka resmi meluncurkan platformnya untuk publik.

Perusahaan e-commerce ini terbilang unik. Karena didirikan pada 2022 di Singapura, namun dengan basis kantor di Jakarta dan Seoul. Plugo menganggap dirinya sebagai tim global dan diverse, dengan anggota yang berasal dari berbagai negara serta latar belakang budaya yang berbeda. Tim developernya, yang berlokasi di Seoul, terdiri dari sekumpulan software engineer berpengalaman dari berbagai industri IT.

Berbeda dengan perusahaan e-commerce seperti Tokopedia, Shopee, Blibli, Lazada, Bukalapak, dan sejenisnya, Plugo berada di belakang layar. Mereka menawarkan jasa yang sifatnya business-to-business (B2B) kepada para merchant yang ingin memasakan barang dagangannya secara online. Para merchant bisa mengelola berbagai tokonya di marketplace dalam satu dasbor dan juga menjalankan iklan online.

Baca juga: Meta Lirik Prospek Bisnis Ecommerce di Indonesia

Apa itu Plugo?

Plugo

Plugo adalah platform e-commerce all-in-one yang membantu siapa saja yang ingin memulai bisnis online. Mereka memberikan kebebasan bagi penggunanya untuk mempersonalisasi toko online mereka dengan beragam template website, mengintegrasikan dengan metode pembayaran dan kurir, serta menikmati fitur-fitur lain seperti omnichannel, SEO, dan perangkat marketing.

Layanan ini sepenuhnya berbasis cloud dan hosted, memungkinkan penggunanya untuk mengakses dan mengelola bisnis online mereka dari mana saja, kapan saja, ketika sedang on the go.

Berdasarkan informasi yang kami terima, Plugo hadir untuk membantu siapa pun yang ingin memulai bisnis online. Baik untuk pengusaha yang baru saja memulai bisnis online, maupun brand yang sudah mapan. Plugo memberi kontrol yang lebih besar kepada para penggunanya, brand identity yang lebih kuat, serta kemampuan untuk mengatur harga jual barang yang lebih bersaing sekaligus pertumbuhan bisnis yang lebih terukur.

Seiring dengan perkembangan waktu, banyak pebisnis seperti yang merasa betapa pentingnya branding di kala persaingan yang sangat ketat di marketplace. Platform e-commerce seperti Plugo dirasa cocok karena bukan hanya menyediakan akses untuk transaksi pelanggan, tetapi juga untuk mengembangkan brand identity.

Di platform ini, brand dapat memegang kendali penuh dari toko online mereka. Mulai dari pilihan layout, logo, warna, hingga font. Homepage mereka juga tidak akan sumpek oleh produk dari kompetitor, melainkan hanya memamerkan penawaran khusus dan produk unggulan yang ingin mereka tampilkan. Dengan kemampuan untuk mengedit hampir semua aspek di toko online mereka, brand jadi dapat mengekspresikan kepribadian mereka dengan leluasa.

Tren Migrasi dari Marketplace ke Direct-to-Consumer (D2C)

Kepuasan Pelanggan
Ilustrasi belanja di e-commerce (Sumber: Freepik)

Kyungmin Bang, CEO dan Founder Plugo, merasa bahwa momentum peluncuran produknya sangat tepat seiring dengan tren bermigrasinya para brand dari marketplace ke platform direct-to-consumer (D2C) seperti Plugo.

Di Amerika contohnya, sejak 2020 brand-brand besar seperti IKEA dan Nike telah meninggalkan Amazon sebagai saluran penjualan mereka dan beralih ke D2C. Kyungmin memprediksi hal serupa juga akan terjadi di tanah air. Ini terbukti dari banyaknya pengguna Plugo versi beta yang memutuskan untuk meninggalkan marketplace dan membuat website toko online mereka sendiri. Meskipun begitu, Kyungmin menegaskan bahwa Plugo hadir bukanlah untuk menyaingi marketplace.

“Marketplace merupakan entry point terbaik bagi para pebisnis yang baru akan merambah dunia e-commerce. Platform seperti Tokopedia dan Shopee memiliki basis pengguna yang sangat besar dan kehadirannya sudah diterima oleh khalayak luas sehingga pelanggan merasa familiar dan percaya. Namun, sebaiknya merchant tidak menjadikan marketplace sebagai saluran penjualan tunggal jika mereka ingin berkembang secara berkelanjutan,” ujar Kyungmin.

Terintegrasi dengan social commerce

LazLive e-commerce live streaming
Ilustrasi E-commerce Live Streaming

Bank Indonesia mencatat transaksi e-commerce sepanjang 2022 tumbuh 19%, yaitu mencapai Rp479,3 triliun. Angka ini menurun dibandingkan pertumbuhan 2021 sebesar 33,2%. Perlambatan ini disebut-sebut imbas dari pemulihan ekonomi pasca-pandemi dan merebaknya tren social commerce.

Berdasarkan survei, TikTok Shop menjadi platform social commerce nomor satu di Indonesia, disusul WhatsApp Business, Facebook, dan juga Instagram Shop. Fenomena ini, menurut Kyungmin, merupakan peluang yang sangat besar bagi Plugo.

“Klaim all-in-one yang kami usung bukan berarti tanpa alasan. Plugo memungkinkan para merchant untuk mengintegrasikan toko online mereka dengan berbagai platform social commerce dan juga marketplace. Fitur yang kami sebut sebagai PlugoSync ini membantu para merchant untuk berjualan di mana pun tanpa harus beranjak dari akun dasbor mereka di Plugo,” jelas Kyungmin.

Selain dapat menyambungkan tokonya dengan marketplace, tersedia pula integrasi dengan TikTok Shop, Facebook Catalog, dan Instagram Shop. Dan, tidak hanya itu, merchant pun dapat menjalankan iklan di platform social commerce tersebut langsung dari dasbor Plugo.

 

Artikel berjudul Plugo Tawarkan Layanan Toko Online All-in-one, dari Marketplace Hingga Social Commerce yang ditulis oleh Bambang Dwi Atmoko pertama kali tampil di Gizmologi



from Gizmologi https://ift.tt/PKnLAHM
via IFTTT