Jakarta, Gizmologi – Fortinet memeringatkan adanya bahaya keamanan siber di tengah peningkatan tren sistem kerja hybrid di Indonesia. Dalam surveinya, Fortinet menemukan ada sekitar 94 juta serangan siber di 3 sektor bisnis berbeda selama Q1 2023.

Country Director Fortinet Indonesia, Edwin Lim mengungkapkan perubahan bisnis model dari karyawan kantoran menjadi ‘branch office of one’ yang bisa bekerja dari rumah atau lokasi lain di luar kantor cukup meningkatkan jumlah insiden serangan siber.

“Saat Indonesia terus merangkul masa depan digital juga diikuti dengan bertambahnya frekuensi dan kecanggihan serangan siber hingga pelanggaran data,” ujar Edwin dalam keterangannya, Rabu (31/5/2023).

Melalui sistem tersebut pekerja hybrid akan memaksa karyawan untuk semakin banyak menggunakan perangkat digital. Akibatnya banyak dari perangkat yang digunakan menjadi tidak terkelola.

Fortinet memperkirakan jumlah perangkat tidak terkelola akan tumbuh lebih dari 50 persen. Hal itu menimbulkan kompleksitas dan risiko pelanggaran keamanan kian bertambah dan memperberat tim keamanan TI.

“74% perusahaan yang disurvei di Indonesia melaporkan peningkatan pelanggaran keamanan lebih dari tiga kali lipat. Berdasarkan Survei, 82% responden di Indonesia pernah mengalami sekurang-kurangnya 2X peningkatan insiden keamanan,” paparnya.

Edwin juga merasa miris, lantaran masih banyaknya karyawan atau pengguna masih sering kali abai mengenai keamanan siber, atau bahkan menggunakan keamanan tapi yang gratis. Sedangkan para pelaku siber menggunakan tools yang lebih canggih.

Baca Juga: Fortinet Hadirkan Pembaruan dan Peyempurnaan Layanan Keamanan Teknologi Operasional

Tren Kerja Hybrid yang Rentan Serangan Siber

Tren Kerja Hybrid

Hal ini semakin lazimnya sistem cloud dan kerja jarak jauh mengakibatkan peningkatan jumlah pengguna, perangkat, dan data yang berlokasi di luar jaringan perusahaan. Hal itu juga sangat rentan bagi perusahaan. “Kurangnya tenaga ahli dalam industri keamanan siber semakin mempersulit situasi ini,” imbuhnya.

Karena dari situ Fortinet menemukan setidaknya mereka kehilangan atau dirugikan akibat ini sekitar 1 juta USD. Dan ini ada sekitar 66% biaya pelanggaran dari responden selama 12 bulan terakhir di Indonesia.

Survei dilakukan pada 450 pemimpin keamanan siber dari 9 lokasi di Asia (Hong Kong, India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Korea Selatan, Thailand, dan Vietnam). Responden survei berasal dari sembilan industri, yaitu Manufaktur (14%), Ritel (13%), Logistik (14%), Pelayanan Kesehatan (13%), Layanan Keuangan (10%), dan Sektor Publik (11%).

“Solusi SASE Vendor Tunggal kami bertujuan menyederhanakan pengelolaan kebijakan keamanan dan meningkatkan pengalaman pengguna bagi karyawan jarak jauh, guna membantu perusahaan Indonesia mengatasi tantangan keamanan akibat perubahan tenaga kerja,” pungkasnya.

Artikel berjudul Tren Kerja Hybrid, Fortinet Catat 94 Juta Serangan Siber di Indonesia yang ditulis oleh Aditya Fajar pertama kali tampil di Gizmologi



from Gizmologi https://ift.tt/velVTNU
via IFTTT