TicWatch E3

Pilihan smartwatch dengan Wear OS saat ini memang kurang banyak. Selain karena perkembangan sistem operasinya yang cenderung lamban, para kompetitor berlomba untuk hadirkan opsi terjangkau dengan OS sendiri. Tak melihat hal tersebut sebagai alternatif, TicWatch E3 diresmikan dengan tetap memakai antarmuka dari Google.

Merek perangkat IoT yang selalu hadirkan wearables terjangkau satu ini mencoba untuk meneruskan legacy-nya sejak dulu lewat seri TicWatch E. Secara tampilan memang bukan yang paling premium, namun berikan fitur yang lengkap untuk sebuah smartwatch Wear OS. Mulai dari generasi pertamanya sampai TicWatch E3, tampil dalam tiga warna strap berbeda.

Perangkat ini hadir untuk tujuan sangat spesifik—khusus para konsumennya yang menginginkan smartwatch dengan pengalaman persis TicWatch 3 Pro, namun harganya jauh lebih murah. Yang “dikorbankan” hanyalah tampilan fisik serta fitur-fitur ekstra, termasuk juga kapasitas baterai mengingat dimensinya yang lebih kecil.

Baca juga: Smartwatch TicWatch GTH Punya Sensor Suhu Kulit, Bakal Bisa Deteksi Gejala COVID-19

Versi Lebih Hemat dengan Bodi Plastik & Layar Standar

TicWatch E3

Memiliki bobot kisaran 32 gram saja, material bodinya terbuat dari plastik polikarbonat keras yang diklaim cukup kuat. Sementara strap yang digunakan menggunakan bahan karet silikon, supaya tetap nyaman meski sembari berolahraga maupun ragam aktivitas lainnya. Hadir dalam warna hitam, biru dan kuning, dengan bodi berwarna abu-abu gelap.

Salah satu bagian yang dipangkas pada TicWatch E3 adalah pada tampilan layarnya. Sama-sama melingkar dengan lengkungan kaca 2.5D, namun tak lagi mengadopsi desain dual-display layaknya seri 3 Pro yang punya layar monokrom. Dimensinya sedikit lebih kecil di 1,3 inci, namun tetap beresolusi tinggi dengan panel berkualitas.

Karena lebih tipis, maka kapasitas baterainya pun mengecil, kini menjadi 380 mAh. Mobvoi sendiri berani mengklaim hingga dua hari pemakaian, termasuk Essential Mode aktif. Demi menghemat daya, mode tersebut otomatis aktif ketika baterai kurang dari 5%, tampilkan info waktu, detak jantung dan jumlah langkah.

TicWatch E3 Tetap Menggunakan Snapdragon Wear 4100

TicWatch E3

Kabar baiknya, spesifikasi lain dari TicWatch E3 dibuat sama persis dengan varian flagship. Artinya, pengguna bakal merasakan pengalaman yang mirip. Termasuk bagian inti yaitu chipset Qualcomm Wear 4100, yang dipadukan dengan memori internal 8GB dan RAM lega mencapai 1GB—penting untuk jamin performa lancar saat buka tutup aplikasi.

Termasuk juga kelengkapan sensornya, mulai dari sensor detak jantung, SpO2 yang menggunakan empat modul cahaya, VO2Max hingga giroskop. Bisa dibilang cukup spesial, karena selain detak jantung, pemantauan kadar oksigen juga bisa dibuat otomatis sepanjang hari, tanpa harus mengaktifkannya secara manual.

Smartwatch Wear OS ini juga telah memiliki sertifikasi IP68 tahan air dan debu, dan Mobvoi pun berikan dukungan mode berenang, menjadi satu dari 20 lebih mode olahraga yang bisa dipilih. Bila TicMotion diaktifkan, perangkat dapat mendeteksi jenis olahraga tertentu otomatis, mencatatnya tanpa perlu trigger manual.

TicWatch E3 Dibanderol Hampir Rp3 Jutaan

TicWatch E3

Dan untuk penggunaan tanpa smartphone, TicWatch E3 juga sudah dilengkapi sensor GPS, GLONASS dan Beidou secara built-in, bisa mencatat rute bersepeda atau lari secara otomatis. Juga masih ada sensor NFC untuk Google Pay—cukup hebat mengingat dimensinya yang kompak.

Untuk semua fitur yang dibawa, Mobvoi berikan harga yang sangat menarik lewat TicWatch E3. Signifikan lebih murah, harganya USD199, alias Rp2,8 jutaan. Meski memang masih lebih mahal dibandingkan penawaran Xiaomi dan realme dengan jam tangan pintar ciptaan masing-masing.



from Gizmologi https://ift.tt/3gGkoFb
via IFTTT