Jakarta, Gizmologi – Satelit Republik Indonesia atau SATRIA-1 telah mengorbit di luar angkasa, sejak diluncurkan pada 19 Juni lalu. Satelit itu membawa misi untuk pemerataan internet di Indonesia, khususnya bagi masyarakat di wilayah 3T (terdepan, tertinggal dan terluar).

Hanya saja, Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengakui belum bisa untuk mengakomodir kebutuhan internet secara merata. Di mana semula, SATRIA-1 yang memiliki kapasitas transport 150 Gpbs direncanakan untuk bisa melayani lebih dari 150.000 titik layanan publik.

Namun dalam perkembangannya dari 14.360 jumlah titik lokasi yang sudah dikover akses internet, 4.632 di antaranya merupakan kawasan terminasi dan relokasi. Sehingga jumlah titik yang perlu dikover akses internet adalah 144.364 titik lokasi.

Dari jumlah tersebut, 63 persennya atau sebanyak 91.166 titik belum terkover oleh layanan BTS 4G dengan transmisi fiber optik. Adapun 37 persennya atau sebanyak 53.198 titik sudah terkover BTS 4G transmisi fiber optik.

“Akhirnya dengan berat hati kita harus merasionalkan targetnya. Untuk SATRIA-1 untuk target awal 150 ribu itu akan kami rasionalkan menjadi 50 ribu, sehingga di setiap titik layanan itu bisa mendapatkan 3-4 Mbps,” ungkap Kepala Divisi Infrastruktur Satelit BAKTI Kominfo, Sri Sanggrama Aradea, Senin (31/7).

Adapun Roadmap awal dari proyek SATRIA-1 sampai tahun 2030-an, BAKTI ditargetkan memiliki 600 Gbps-1 Tbps. Namun dengan kondisi, SATRIA-1 yang saat ini masih dalam proses orbit raising hingga November dan baru bisa melayani 50 ribu titik dari rencana awalnya 150 ribu titik layanan.

Lebih lanjut, SATRIA-1 juga akan mendapatkan dukungan dari Hot Backup Satellite (HBS) berkapasitas 80 Gbps. Di mana Aradea menyebut HBS sudah 85 persen rampung dan ditargetkan dapat, pada Q4 2023 melalui 7 stasiun bumi.

“Dan Indonesia sendiri itu untuk satelit geo itu maksimum memang cuma 200 Gbps. Jadi bisa dikali aja tuh kira-kira kurangnya berapa ya? Mungkin sampai SATRIA-4 mungkin ya kurang lebih,” tambahnya.

Baca Juga: BAKTI Prioritaskan Akses Internet SATRIA-1 untuk Sektor Pendidikan di Wilayah 3T

Indonesia Butuh Lebih dari Satu Satelit SATRIA

Satelit SATRIA-1

Selain menyiapkan fasilitas pendukung infrastruktur cadangan SATRIA-1. BAKTI juga sudah merencanakan fase lanjutan dari Proyek SATRIA dengan kehadiran twin satellite yang masing-masing dinamakan SATRIA 2A dan 2B dan mulai dibangun pada 2024 mendatang hingga 2026.

Kedua satelit itu diprediksi akan memberikan total kapasitas sebesar 300 Gbps. “Gunanya untuk menambah kapasitas atau menambah kecepatan yang diberikan oleh satelit ke 150 ribu titik. Targetnya tidak bertambah, tapi kapasitasnya akan terus kami tambah,” jelas Aradea.

Adapun Indonesia saat ini memiliki baru lima satelit telekomunikasi komersial, di mana empat di antaranya merupakan satelit asing yang disewa. Oleh karena itu, besar harapan BAKTI untuk bisa membangun dan meluncurkan satelit-satelit pendukung agar bisa memenuhi kebutuhan kapasitas internet yang merata.

“Jadi kalau disampaikan secara detail kami sangat memfokuskan kebutuhan internet ke sekolah dulu. Karena ini paling penting, ini fondasi dasar dengan banyaknya anak muda yang tersebar di wilayah 3T, minimum dengan kehadiran SATRIA-1 mereka bisa dapat akses internet untuk belajar,” pungkasnya.

Artikel berjudul Indonesia Butuh Lebih dari 1 Satelit Agar Internet Bisa Merata yang ditulis oleh Aditya Fajar pertama kali tampil di Gizmologi



from Gizmologi https://ift.tt/QXa7pEK
via IFTTT