Jakarta, Gizmologi – Perusahaan keamanan siber, Kaspersky mengungkapkan potensi kecerdasan buatan atau AI yang turut mempengaruhi imunitas siber (Cyber Immunity) secara global. Pendekatan ini diyakini dapat mewujudkan sistem yang aman dari serangan siber.

Eugene Kaspersky, selaku CEO Kaspersky mengatakan Kaspersky Cyber Immunity adalah pendekatan yang belakangan ini disuarakan di Amerika Serikat dan Uni Eropa. Konsep ini menjadi pendekatan baru Kaspersky untuk mengurangi risiko kerentanan siber.

“Ini mewujudkan sistem yang aman sesuai desain yang memungkinkan terciptanya solusi yang hampir tidak mungkin untuk dieksploitasi dan meminimalkan jumlah potensi kerentanan,” ujar Eugene dalam keterangan yang diterima Gizmologi, Senin (28/8/2023).

Menurutnya, di zaman di mana teknologi dapat digunakan baik oleh orang baik maupun orang jahat, keamanan siber tradisional tidak lagi cukup. Sehingga Kaspersky merasa perlu untuk memetakan ulang pertahanan siber global dengan merangkul kekuatan kecerdasan buatan (AI) pada berbagai lini.

Salah satu perbincangan adalah seputar ChatGPT. Bagai pisau bermata dua, ia bisa membantu untuk pertanyaan sederhana dengan maksud baik atau sekedar iseng diajak berbicara. Di sisi lain, penjahat dunia maya dapat mengeksploitasinya untuk meningkatkan serangan phishing dan malware.

“Kita perlu merevolusi pertahanan kita untuk memastikan kita menciptakan dunia digital yang lebih aman,” ujarnya.

Menurut Kaspersky, kawasan Asia Pasifik berada di garis depan revolusi AI. Sebuah studi baru yang dilakukan IDC mengungkapkan bahwa belanja AI di kawasan ini akan meningkat dua kali lipat dalam tiga tahun. Perkiraan angka dari US$ 9,8 miliar pada tahun 2023 menjadi US$ 18,6 miliar pada tahun 2026 atau sekitar Rp 293 triliun.

Baca Juga: Kaspersky Deteksi 7.729.320 Ancaman Online ke Indonesia Selama Q2 2023

Pendekatan Imunitas Siber dari Kaspersky

Imunitas Siber Kaspersky
CEO Kaspersky Eugene Kaspersky

Bahkan saat ini market pasar AI di Asia Pasifik mencapai US$ 22,1 miliar dan diperkirakan akan tumbuh hampir empat kali lipat pada tahun 2028, yaitu sebesar US$ 87,6 miliar atau sekitar Rp 1.379 triliun. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi ketergantungan pada keterampilan teknis, di sebagian besar perusahaan lokal di Asia Pasifik dalam waktu tiga tahun.

“Perusahaan menyadari cara memanfaatkan kekuatan AI untuk meningkatkan efisiensi aset mereka, meningkatkan kualitas produk mereka, dan bahkan untuk merampingkan rantai pasokan mereka demi keuntungan yang lebih baik,” ujar Managing Director Asia Pasifik Kaspersky, Adrian Hia.

Lebih lanjut keadaan ini, membuat Kaspersky siap untuk membuat peta jalan yang aman terkait penerapan dan adopsi AI di Asia Pasifik. Selain itu, perusahaan akan memastikan memanfaatkan keunggulan AI tanpa mengorbankan keamanan siber.

Di mana Hia menyoroti, laporan IDC bahwa Tiongkok, Australia, dan India adalah tiga pemimpin terbesar dalam belanja AI di kawasan ini. “Saya yakin akan ada lebih banyak negara yang mengikuti langkah serupa,” jelasnya.

Adapun konsep Imunitas Siber yang digaungkan Kaspersky menyiratkan bahwa sebagian besar jenis serangan siber tidak efektif dan tidak dapat mempengaruhi fungsi penting sistem dalam skenario penggunaan yang ditentukan pada tahap desain. Sehingga memungkinkan dapaf terciptanya solusi yang tidak mungkin untuk dieksploitasi dan mengurangi jumlah risiko kerentanan.

Artikel berjudul Kaspersky Tekankan Imunitas Siber yang Semakin Cerdas yang ditulis oleh Aditya Fajar pertama kali tampil di Gizmologi



from Gizmologi https://ift.tt/rgB3cu5
via IFTTT