Jakarta, Gizmologi – Tren belanja online tentu semakin meningkat berkat semakin mudahnya proses penemuan sebuah barang hingga pembelian, terutama ketika terintegrasi dengan platform media sosial. Riset TikTok terbaru menyebutkan, konsumen Indonesia tak lagi terdorong oleh iklan atau promo sebagai faktor utama pembelian, melainkan menggunakan intuisi mereka masing-masing.

Fakta tersebut ditemukan melalui sebuah laporan riset TikTok yang bekerja sama dengan firma Accenture. Dalam mengetahui tren perilaku konsumen di Asia Pasifik termasuk Indonesia, diketahui bila kini masyarakat lebih mengutamakan kepercayaan pada intuisi mereka masing-masing sebelum menentukan brand atau produk tertentu untuk dipelajari lebih lanjut sampai melakukan proses pembelian.

Sitaresti Astarini, Head of Business Marketing, TikTok Indonesia mengatakan bila konsumen saat ini lebih mementingkan sebuah konten yang lebih realistis dan relatable alias yang membuat mereka bisa merasa relevan. “93% konsumen ingin melakukan riset tambahan dari produk yang mereka temukan—salah satunya melalui TikTok.”

Baca juga: Fitur Auto Scroll Video TikTok Sedang di Uji Coba, Ini Cara Aktifkannya

Jenis Konten yang Lebih Disukai Konsumen Terungkap Lewat Riset TikTok

Riset TikTok
Sitaresti Astarini, Head of Business Marketing, TikTok Indonesia saat memaparkan riset TikTok Shoppertainment (30/1)

Spesifik di Indonesia, rata-rata minat konsumen untuk menonton konten berjenis live shopping lebih tinggi 1,4 kali dibandingkan konsumen di negara Asia Pasifik lainnya. Lebih lanjut, Resti juga menyebutkan tiga kunci utama yang bisa dimanfaatkan para brand atau penjual untuk membangun intuisi konsumen. Yakni consider, consume, dan connect.

Pada poin pertama, konsumen lebih ingin menggunakan intuisi mereka dalam membeli, sehingga jenis konten yang punya relevansi dan autentik tinggi (relatable realism) berperan lebih penting. Seperti video yang memperhatikan kualitas produk, termasuk live shopping yang membuat konsumen seolah bisa lakukan eksplorasi produk lebih jauh secara langsung. Riset TikTok juga mengungkapkan bila jenis konten ini lebih penting ketimbang sosok figur yang merepresentasikan suatu produk.

Riset TikTok

Kata kunci kedua, “consume” bermakna konsumen lebih ingin melakukan pembelian ketika proses pencarian hingga pembelian terasa effortless atau terintegrasi. Ini menjadi benefit sendiri bagi platform seperti TikTok yang bisa integrasikan konten video dengan TikTok Shop. Dan yang terakhir, konsumen di Indonesia lebih tertarik dengan sebuah brand atau produk yang memiliki komunitas tersendiri.

“Di TikTok, jenis review yang bagus adalah harus informatif, tapi juga realistis dan relatable. Dan jangan ngebosenin—karena mereka (pengguna TikTok) juga tujuannya untuk mencari hiburan. Kalau kayak lecture, nggak kebangun intuisi konsumen untuk membeli barang,” tambah Resti.

Kemudahan Akses Informasi dan Nilai Informatif Menjadi Penting

Riset TikTok Shoppertainment 101

Riset TikTok bersama Accenture kali ini dilakukan di lima negara di Asia Pasifik, yakni Indonesia, Jepang, Vietnam, Korea, dan Thailand, melalui metode seperti focus group discussion hingga survei daring dengan jumlah hingga 765 responden. Sebanyak 79% konsumen menyebutkan bila faktor penentuan pembelian produk adalah jenis konten yang mengedukasi, bukan lagi diskon.

Menurut Resti, konsumen cenderung tidak akan membeli sebuah barang dengan diskon besar atau harga murah namun memiliki ulasan yang kurang atau bahkan buruk, sehingga penting bagi sebuah brand untuk menjaga reputasi dan komunitas mereka. Hal tersebut menjadi kunci bagi HEYLOOK dan Kelaya, dua brand lokal yang turut hadir pada pemaparan hasil riset TikTok kemarin (30/1).

Ardian Faisal Akbar, Founder & CEO Kelaya mengatakan bila konsumennya sangat menyukai konten video yang informatif—menjadi penting untuk sebuah produk berjenis perawatan rambut. “Hal ini membuat kami menjadi lebih gencar untuk memberikan edukasi perawatan rambut dengan berkolaborasi langsung bersama dokter sebagai ahli di bidangnya.”

Ketika konsumen berhasil melakukan pembelian dan merasa puas, otomatis akan membagikan pengalaman positif tersebut baik melalui ulasan maupun dengan membuat video seperti unboxing atau testimoni produk. Perilaku ini sejalan dari riset TikTok yang sebutkan bila 45% konsumen di Indonesia dipengaruhi oleh komunitas konten, di mana mereka cenderung merayakan dan membagikan brand atau produk yang mereka sukai.

Cara tersebut menggambarkan semangat “gotong royong” konsumen di Indonesia untuk membantu satu sama lain atau disebut sebagai altruistic sharings. Selain itu, 81% konsumen Indonesia juga membuat konten dengan cara “mengalir”, yakni mengikuti tren dari kreator lain serta mendorong pengguna lain untuk berkontribusi baik lewat kolom komentar, like, dan lainnya.

Artikel berjudul Riset TikTok: Konsumen di Indonesia Andalkan Intuisi Ketimbang Promo Saat Membeli Produk yang ditulis oleh Prasetyo Herfianto pertama kali tampil di Gizmologi



from Gizmologi https://ift.tt/Wfu2daU
via IFTTT