Kesadaran akan kesehatan diri kini semakin meningkat semenjak adanya pandemi. Dengan segala keterbatasan yang ada, masyarakat mencoba untuk menjaga daya tahan serta kesehatan dengan berbagai cara, termasuk memonitor dengan perangkat tambahan seperti smartband dan smartwatch. Beri alternatif praktis, Google merancang agar kamera smartphone-nya bisa deteksi denyut jantung.
Selama ini, perangkat seperti smartband dilengkapi dengan sensor denyut jantung yang bisa rekam aktivitasnya sepanjang hari secara otomatis. Namun tidak semua orang mampu dan ingin membelinya (mereka yang lebih suka menggunakan jam tangan/gelang konvensional, misalnya). Solusi dari Google yang satu ini mungkin bakal cocok untuk mereka.
Fitur canggih ini bakal hadir ke dalam aplikasi kesehatan milik Google yaitu Google Fit. Sebelumnya, Google Fit digunakan untuk ‘mengumpulkan’ data-data informasi dari perangkat pihak ketiga, ditampilkan menjadi informasi yang lebih lengkap dan mudah dibaca pengguna. Namun kali ini, aplikasi tersebut bakal punya kemampuannya sendiri untuk cek denyut jantung dan laju pernapasan.
Menurut Shwetak Patel, Director of Health Technologies di Google Health, denyut jantung dan laju pernapasan adalah dua pengukuran yang cukup vital, umumnya digunakan untuk menilai kesehatan seseorang. “Mulai bulan depan, Google Fit bakal mengizinkan pengguna untuk monitor dua hal tersebut hanya dengan gunakan kamera smartphone,” jelasnya lewat rilis dalam blog resmi Google.
Baca juga: Google Search Uji Coba Tampilkan Konten Video TikTok & Instagram
Memanfaatkan Kamera Depan & Belakang Google Pixel
Fitur ini pertama kali bakal tersedia di Google Pixel terlebih dahulu, menyusul smartphone lain ke depannya. Seperti yang kita ketahui, Google Pixel dikenal dengan kemampuan fotografinya yang fenomenal, mampu hasilkan kualitas terbaik meski hanya memiliki satu (atau dua di Pixel terbaru) sensor kamera lewat komputasi digital.
Meski berbeda seri, sensor utama yang digunakan di beberapa seri Google Pixel adalah sama, yaitu Sony IMX363 12MP. Mungkin atas alasan tersebut, fitur ini hadir di seri Pixel terlebih dahulu, karena bakal lebih mudah untuk implementasi mengingat sensornya sama dan memang berkualitas.
Lantas bagaimana cara kerjanya? Mudah saja. Untuk mengukur denyut jantung seseorang, cukup dengan menempelkan jari ke permukaan sensor kamera belakang. Kamera bakal membaca gerakan denyut lewat perubahan permukaan kulit jari, ketika darah bergerak hingga ke ujung jari. Sementara untuk laju pernapasan, yang digunakan adalah kamera depan.
Memanfaatkan kamera depan yang juga berkualitas, Google Pixel bisa diletakkan di sudut ruang tertentu, dan pengguna harus memposisikan wajah serta bahu agar terlihat dengan jelas. Jika sudah, bernapas secara normal, dan bacaan akan muncul dalam beberapa detik.
Bukan Untuk Penilaian Profesional
Shwetak menambahkan, metode pengukuran praktis ini bukan ditujukan untuk diagnose medis atau untuk evaluasi kondisi medis bagi profesional. Dengan kata lain, akurasinya tentu tidak sebaik sensor khusus yang dimiliki perangkat seperti smartband. Namun setidaknya bisa digunakan untuk berjaga-jaga, atau sekadar cek kondisi setiap harinya.
Kurang lebih sama dengan peran fitur pengukuran kadar saturasi oksigen dalam darah di perangkat wearable. Meski tidak 100% akurat, metode tersebut setidaknya bisa dijadikan patokan awal seseorang mengalami gejala virus Corona atau tidak, dengan melihat persentase laju oksigen yang dihasilkan.
Google sudah melakukan studi klinis dan validasi metode supaya metode pengukuran denyut jantung dan laju pernapasan dari smartphone ini bisa diandalkan oleh masyarakat. Ke depannya, tim riset dan uji klinis internal Google bakalan terus eksplorasi metode lain supaya bisa memanfaatkan sensor yang ada di kehidupan sehari-hari, agar dapat tingkatkan kualitas kesehatan manusia.
from Gizmologi https://ift.tt/3tGdiEM
via IFTTT
0 Komentar