Jakarta, Gizmologi – Presiden Joko Widodo pada Oktober 2021 lalu menyebutkan betapa pentingnya mengadopsi teknologi robotic surger di bidang kedokteran. Hal ini guna mengantisipasi terobosan teknologi dalam sektor kesehatan agar Indonesia tidak tertinggal dari negara lain.

Baca juga: Telemedicine Bantu Perluas Layanan Kesehatan Masyarakat

Di sisi lain, kemajuan bedah robotik di Indonesia sejalan dengan upaya untuk menekan tingginya jumlah masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri. Setidaknya, tercatat 2 juta orang yang melakukan perjalanan medis ke luar negeri (medical tourism) setiap tahunnya. Ini mengakibatkan Indonesia kehilangan setidaknya Rp 97 triliun devisa karena praktek tersebut.

Yudiyantho, Managing Director Bundamedik Healthcare System (BMHS) menjelaskan di tengah peningkatan minat dan kepercayaan masyarakat terhadap bedah robotik, peningkatan jumlah dokter serta kemampuan mereka dalam bidang robotic surgery memang menjadi kunci pendorong kemajuan tren robotic surgery di tanah air.

“Hingga kini, ada lebih dari 27.000 dokter di Amerika Serikat dan lebih dari 14.000 dokter di negara-negara lainnya yang mampu melakukan robotic surgery. Untuk robot Da Vinci sebagai sistem bedah robotik yang digunakan dalam prosedur robotic surgery, sudah ada sekitar 6.000 robot, dengan hampir 700 diantaranya tersebar di Asia Tenggara per 2019,” ujarnya.

Data tersebut menjadi motivasi untuk terus mendorong kemajuan bedah robotik Indonesia yang kompetitif. “Khususnya melalui strategi pengembangan SDM tenaga medis, sehingga bisa memberikan layanan berkualitas tinggi kepada pasien,” imbuhnya.

Adopsi Teknologi Robotic Surgery di Indonesia

Inovasi bedah robotik untuk pertama kalinya diadopsi Indonesia pada 2012 atau 10 tahun lalu. Rumah Sakit Umum Bunda Jakarta diklaim menjadi pelopor dan satu-satunya rumah sakit yang menyediakan robotic surgery di Indonesia hingga saat ini.

Dimulai dengan 2 dokter ahli robotic surgery, salah satunya Dr. dr. Ivan Sini, MD, FRANZCOG, GDRM, SpOG, dengan jumlah dan jenis kasus yang terbatas. Kini tren robotic surgery telah maju pesat. Saat ini, rumah sakit tersebut memiliki 16 dokter spesialis tersertifikasi bedah robotik dari berbagai spesialisasi. Mereka dapat melakukan bedah robotik dengan hampir 600 kasus beragam yang sudah ditangani, mulai dari kasus ginekologi hingga urologi.

Sejak 2012, Rumah Sakit Umum Bunda Jakarta terus mengakomodasi kemajuan tenaga medis robotic surgery lewat pendidikan dan pelatihan bersertifikasi berskala dunia, utamanya ke pusat-pusat pelatihan terkemuka di Amerika Serikat, selain juga Australia, Korea, Jepang, dan sejumlah negara lainnya. Terbukti, di awal Januari 2022, Rumah Sakit Umum Bunda  Jakarta pun berhasil melakukan operasi operasi pengangkatan prostat dengan teknologi robotik Indonesia.

“Dengan meningkatnya minat masyarakat dan kemajuan teknologi saat ini, kedepan kami juga akan segera memperluas pengembangan robotic surgery di Indonesia ke layanan bedah robotik untuk kasus bedah digestif, onkologi, bedah thorax, dan bedah THT,” tambah Yudiyantho.

Cara kerja teknologi robotic surgery

Ilustrasi robot surgery (Foto: 123rf/romanzaiets)
Ilustrasi robot surgery (Foto: 123rf/romanzaiets)

Walaupun bersifat robotik yang dilengkapi sistem komputer, seluruh pengambilan keputusan dalam proses pembedahan tetap dilakukan oleh dokter ahli. Ahli bedah menggunakan sistem komputer untuk mengontrol lengan robot dan ujung-efektor.

Dalam kasus operasi terbuka yang sekarang menggunakan instrumen dari baja, untuk meregangkan iga dapat lebih halus apabila dilakukan dengan robot, gerakan umpan balik yang terkendali dapat dilakukan dibandingkan dengan memakai tangan manusia. Tujuan utama dari instrumen hebat tersebut adalah untuk mengurangi atau menghilangkan trauma jaringan yang biasanya didapatkan pada operasi terbuka.

Pada umumnya, robotic surgery dipilih pasien karena operasi yang lebih singkat, pengurangan efek pendarahan, dengan rasa nyeri pasca operasi lebih ringan serta waktu penyembuhan lebih cepat, sehingga mempersingkat lama rawat pasca operasi. Bedah robotik diklaim akurat, dan lebih presisi dibanding laparoscopy.

Yudiyantho menambahkan, sejak 2014, pihaknya melihat peningkatan yang tinggi dari adopsi pasien terhadap robotic surgery. Karena melihat berbagai pengalaman pasien lainnya yang puas dengan hasil robotic surgery.

“Di 2022 ini, kami fokus untuk terus memperluas layanan robotic surgery dengan teknologi mutakhir untuk penanganan mioma uteri, kista ovarium, operasi angkat rahim, kanker usus, operasi bariatrik, operasi hernia, kanker prostat, kanker ginjal serta operasi angkat prostat dengan ahli terbaik di bidangnya. Sehingga, masyarakat pun tidak perlu keluar negeri lagi, bisa mendapatkan layanan terbaik di negara sendiri,” pungkasnya.



from Gizmologi https://ift.tt/mcs1U8e0V
via IFTTT